Menu

TQN PP.Suryalaya

 


Peristiwa hijrahnya Rasulullah s.a.w. beserta para sahabat dari Mekkah ke Yastrib (Madinah) merupakan awal penentuan tahun hijriyah. Para sahabat yang berasal dari Mekkah di sebut sebagai Muhajirin sedangkan yang menunggu kedatangannya di Madinah disebut Anshar yang merupakan penduduk kota Madinah yang sudah memeluk agama Islam.
Dalam sejarah Islam, istilah Anshar tidak bisa dipisahkan dari Muhajirin. Anshar (orang-orang yang menolong) adalah sebutan untuk masyarakat Madinah yang menerima dengan tangan terbuka kedatangan Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Sedangkan Muhajirin (orang-orang yang hijrah) adalah sebutan untuk penduduk Mekah yang eksodus ke Madinah. Mereka terpaksa mengungsi, dengan perbekalan seadanya, karena selalu dikejar-kejar oleh kaum kafir Mekah.
Banyak sekali kejadian menakjubkan di antara kedua golongan ini. Kaum Anshar membantu secara total kaum Muhajirin yang papa itu. Sebagai ilustrasi, dalam sebuah hadis diceritakan bahwa ada seorang Anshar yang rela memberikan, bukan meminjamkan, separo hartanya kepada seorang Muhajirin. Bahkan, saking tingginya rasa persaudaraan mereka, kaum Anshar berusaha memenuhi segala kebutuhan para pengungsi, termasuk kebutuhan batin. Bahkan, ada di antara orang Anshar yang mempersilakan Muhajirin memilih salah seorang isterinya untuk dinikahi setelah dia menceraikan istrinya itu.
Dengan sangat indah Allah mendeskripsikan peristiwa langka di sepanjang sejarah manusia itu dalam Alquran: Dan penduduk Madinah yang telah beriman sebelum kedatangan Rasul (kaum Anshar) sangat mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka (kaum Muhajirin). Mereka tidak pernah berkeinginan untuk mengambil kembali apa yang telah diberikan kepada Muhajirin. Bahkan, kaum Anshar lebih mengutamakan kebutuhan kaum Muhajirin dibanding diri mereka sendiri, sekalipun mereka sedang dalam kesulitan. Dan orang-orang yang memelihara dirinya dari sifat kikir, itulah orang-orang yang beruntung. (QS. 59: 9).
Kaum Anshar, mestinya tidak hanya tinggal kenangan manis bagi sejarah Islam yang statis. Anshar harus selalu ada dan diciptakan dalam setiap episode sejarah umat Islam. Mereka merupakan simbol masyarakat berbudaya yang memiliki keimanan dan rasa kemanusiaan sangat tinggi. Mereka tidak minta garansi apapun ketika mengulurkan tangan menolong para pengungsi yang eksodus ke daerahnya. Banyak di antara mereka yang sebelumnya tidak pernah bertemu, apalagi berkenalan. Namun, semua itu tidak menghalangi orang-orang Anshar untuk menyelamatkan kehidupan para Muhajirin.

Saat ini, sebagian besar rakyat Indonesia sangat menantikan datangnya kaum Anshar, terutama saudara kita yang sedang mengalami kesulitan hidup -- dari mereka yang ter-PHK, tidak mempunyai pekerjaan hingga para pengungsi di berbagai daerah. Mereka menawarkan surga kepada semua kita.
Ini merupakan saat yang tepat untuk membuktikan kepada Allah bahwa kita memang merupakan hamba pilihan-Nya. Jangan terlalu lama berpikir dan menunggu, sebelum terlambat. Tangan yang diulurkan belakangan seringkali tidak dibutuhkan lagi. Tidak ada artinya mengulurkan tangan jika orang yang akan ditolong telah berada di atas, atau sudah terkapar di dasar jurang. Kita sedang berlomba dengan malaikat maut yang sudah sejak lama bersiap merenggut nyawa saudara dan bangsa kita. Kita semua harus datang sebagai Anshar bagi mereka, jika tidak ingin diteriaki oleh Allah dan Rasul-Nya sebagai orang yang mendustakan agama. 

Wallahu a'lam bis-shawab

(republika online)

Posting Komentar

 
Top