Menu

TQN PP.Suryalaya

 


Apa yang dilaksanakan Rasulullah S.A.W. di gua Hira itulah sebenarnya haqiqat suluk (riyadhoh) yang dijalankan oleh para ahli sufi thariqatullah (Tarekat Mu'thabarah).
Siapa gerangan yang dapat membantah hal ini ?

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ وَابْتَغُواْ إِلَيهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُواْ فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Ya ayyhuhallazina amanuttaqullaha wabtaghu ilaihil washilata wajahidu fi sabililihi laallakum tuflihun.Y aayyuhallazina amanuzkurullah dzikrankatsira laallakum tuflihun.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, carilah wasilah (penghantar/yang mengantar)  untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah di jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan, Qs. Al-Maidah: ayat 35.
Jadi suliq bukanlah hal yang dibuat buat oleh para sufi. Beranjak dari awaluddin makrifatullah ( awal agama adalah mengenal Allah ). Maka suluk adalah sarana untuk mengenal allah tersebut.
Di dalam suluk tersebut dilatihlah wuquf qalbi atau hati/qalbu yang terhenti dari hal hal yang bersifat duniawi tetapi dikonsentrasikan munajat kehadirat Allah swt.  Tentu saja dalam hal ini diperlukan pembimbing ( sang mursyid) yang menjadi wasilah bukan perantara.
Dalam teori elektisitas (kelistrikan) kita mengenal adanya kabel yang yang menjadi penghantar jalannya arus listrik. Maka nurun ala nurin( nur Ilahi ) yanh terpancar dari zat dan fiil ilahi rabbi itu di dalam suluq dikonsentrasikan didalam latifatul qalbi. Sang mursyid sebagai mediator yang maha baik menghantarkan langsung kehadirat Ilahi Rabbi. Tidak ada yang sampai ke matahari kecuali cahaya matahari itu sendiri. 
Begitulah sang mursyid yang menjadi channel KETUHANAN yang dapat menghantarkan sang mukmin yang bersuluk menuju hadirat Ilahi rabbi. Dunia ini hanyalah panggung sandiwara tetapi zat Allah lah yang kekal abadi yang akan menyelamatkan umat manusia ini sampai ke alam baqa. Nah, darimanakah manusia itu bisa mengenal sesuatu tanpa ada guru yang membimbingnya.
Suluk hanya dapat dilaksanakan oleh mereka yang telah menerima amalan thariqah. Rasulullah S.A.W. telah memberikan amanah  kepada para sahabat sampai kepada para tabiin dan sampai kepada para ulama warisatulmbiyai wal mursalin termasuk para waliyullah  sebagai pemegang tampuk pusaka dari Rasulullah S.A.W.  di akhir zaman ini. 
Apabila kita kelak meninggalkan dunia yang fana ini maka yang berjalan menuju hadirat ilahi adalah ruh kita .
يآيُّهَاالنَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ.لا ارْجِعِىْ اِلىَ رَبِّكَ رَاضِيَّةً مَّرْضِيَّةً.ج

 Ya aayatuhannafsul muthmainnah irjii ila rasbbili radhiyatam mardiyah fadkhuli fi ibadi wadkhuli jannati.

Artinya: Hai jiwa yang tenang kembalilah Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.(QS. al-Fajr,ayat 27-28)
Perjalan ruh yang seba metafisika ini tidak dapat berjalan begitu saja tanpa indikator , indikator inilah yang disebut sang Mursyid. Beliaulah yang menyalurkan nurun ala nurin (Cahaya di atas Cahaya) itu kedalam ruh para muridnya untuk dapat melasanakan zikir sebanyak banyaknya secara intensif pula. Seperti halnya rasul didalam gua Hira dibimbing oleh Jibril Alaihissalam. Begitu dahsyatnya pandangan bathin sang Mursyid yang memimpin murid muridnya di seluruh dunia ini. Dan para mursyid membimbing muridnya melalui ruhnya yang disertakan Alloh Cahaya...(red.)
-(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdo’a: “Wahai Rabb kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)”. 

-Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu, 

-kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu  yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu).
-Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan qalbu mereka di waktu mereka berdiri  lalu mereka berkata: “Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru Ilah selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.
(QS. Al-Kahfi ayat 11-14)

(Sumber: naqshabandi.org) 

Posting Komentar

 
Top