Jakarta (Pinmas)
— Pada awal April 2012, Menteri Agama Suryadharma Ali melakukan kunjungan kerja
ke Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dan Pusat Reaktor Serba Guna (PRGS)
G.A. Siwabessy. Didampingi Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Nur Syam, Direktur
Pondok Pesantren dan Pendidikan Diniyah A. Saefuddin serta 21 pimpinan pondok
pesantren dari Sumatera, Jawa dan Kalimantan, Menag menjelaskan bahwa tujuan
kunjungan tersebut adalah membicarakan pemanfaatan teknologi nuklir di
lingkungan pondok pesantren guna mendukung kreatifitas para santri.
“Saya mendapat
informasi dari Kepala Batan Hudi Hustowo yang terkait manfaat nuklir bagi
pertanian dan perternakan dan lain sebagainya. Bagi saya menarik kalau
ditularkan ke pondok pesantren, jadi nuklir masuk pondok pesantren,” kata Menag
di aula kantor Batan, Serpong, Tangerang, saat itu.
Atas kunjungan
itu, Djarot Sulistio Wisnubroto, Kepala BATAN mengaku gembira.
Menurutnya, selama bekerja di BATAN, baru pertama kali ada Menteri Agama
datang ke BATAN. “Ini menunjukan keterbukan Pak Menteri Agama terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia pesantren,” terang Djarot
ketika diwawancarai di Kantor BATAN, Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan,
Jakarta, Rabu (13/02).
Sebagai
tindaklanjut atas kunjungan Menag, BATAN siap membantu dan bekerja
sama dengan pesantren. Menurut Djarot, setidaknya ada dua hal yang bisa
dilakukan, yaitu di bidang pendidikan dan pemanfataan implementasi teknologi.
“Kita bisa
mengirim tenaga ahli BATAN ke Pesantren untuk sosialisasi, baik yang
terkait pengembangan pengetahuan maupun pemanfaatan implementasi teknologi,
seperti varietas unggulan yang diproduksiBATAN,” ujar Djarot.
Menurut Djarot,
karena pondok pesantren bergerak di bidang pendidikan, maka relevan
seandainyaBATAN bisa ikut memberikan pandangan yang luas tentang apa itu
sains dan teknologi dari sisi nuklir. “Matahari sebenarnya adalah contoh reaksi
nuklir yang merupakan anugerah Allah bagi kita agar kita tetap bisa hidup di
bumi,” terang Djarot membuat permisalan.
Selain pendidikan,
pesantren juga mengelola pertanian dan peternakan. Karena itu, lanjut Djarot,
kita bisa memanfaatkan hasil litbang BATAN berupa varietas padi,
kedelai, sorgum, dan beberapa varietas unggulan lainnya. Bahkan untuk
peternakan, BATAN juga memproduksi beberapa nutrisi untuk sapi yang
bisa dimanfaatkan bagi pesantren yang mengembangkan peternakan.
“Itu semua bisa
dimanfaatkan pesantren. Dengan begitu, diharapkan akan muncul pemahaman bahwa
nuklir bisa dimanfaatkan secara langsung untuk menghasilkan varietas unggulan,”
terang Djarot.
Ditanya tentang
nilai keunggulan varietas produk BATAN, Djarot menjelaskan bahwa bibit
varietas unggulan BATAN mempunya masa tanam yang lebih pendek, hasil
panen yang melebihi rata-rata produk nasional, tahan hama, serta enak rasanya
sehingga diterima oleh masyarakat secara umum dan pesantren khususnya . (mkd)
(Sumber berita
dan foto : http://kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=119650 )
Posting Komentar
Posting Komentar