Oleh
: K.H. Wahfiudin, MBA (Wakil Talqin TQN Suryalaya)
Assalamu'alaikum
Wr. Wb.
Alhamdulillaahirabbil’aalamiin.
Wabihii nasta’iinu ‘alaa umuuridunya waddin
Asyhadu allaa ilaaha illallaah wahdahuu laasyariikalah, wa asyhadu anna
muhammadan ‘abduhuu wa rasuuluh laa nabiyya ba’dah.
Hadirin
hamba Allah yang mulia umat Nabi Muhammad Saw yang berbahagia, khususnya
Keluarga Abah Sepuh dan Keluarga Abah Anom, Para Wakil Talqin, Para Mubaligh,
Para Pengurus Yayasan Serba Bakti dari Pusat sampai Perwakilan, Para Pengurus
Ibu-ibu Bella, Para Ustadz/Ustadzah, semua yang kami cintai yang hadir di dalam
masjid, di luar masjid maupun yang mendengar melalui radio dan streaming
internet.
Bahagia
sekali kita rasanya hari ini manaqib jatuh juga di bulan Rabiul Awal, kita
kenang Nabi Muhammad Saw. Beliau yang tubuhnya/basharnya terkubur di kota
Madinah , tetapi ruhnya masih bisa hadir di tengah-tengah kita.
Suatu hari Rasulullah Saw. nampak keluar rumah begitu ceria. Sahabat Nabi
bertanya, ada apa Ya Rasulullah pagi-pagi sudah begitu ceria ? Aku baru saja
kedatangan utusan Allah (maksudnya Jibril) yang berkata : “Ketika
seseorang bersolawat untukmu satu kali maka Allah akan bersholawat untuk orang
itu sepuluh kali”. Maka rasulullah begitu senang. Kita ini umatnya tiap-tiap
kita menunjukkan sikap hormat kepada Rasulullah dengan mengucapkan “Allahumma
sholli wa sallim ‘alaa sayidina Muhammad” maka Allah pun akan bersolawat
memuji kita, mengangkat derajat dan martabat kita sepuluh kali lipatnya. Enak
jadi umat Nabi Muhammad Saw.
Suatu
hari Rasulullah sudah sakit begitu payah bahkan untuk jalan ke masjid di
sebelah rumahnyapun Beliau tidak mampu lagi, Fatimah Putri Beliau dan Sayidina
Ali mendampingi. Terdengar suara pintu diketuk, Fatimah keluar membuka pintu.
Ada seseorang yang ingin berjumpa Rasul, tapi Fatimah katakan : Ayahku sedang
sakit payah bagaimana lain kesempatan saja dan orang itu pun pergi, Fatimah
menutup pintu. Fatimah kembali ke sisi Rasul, dan Rasul bertanya : Wahai
Fatimah siapa yang datang barusan mengetuk pintu. Entahlah Ayah orang yang
tidak pernah ku kenal, ia sangat ingin berjumpa ayah. Nabi sudah tahu dan Nabi
berkata : “Wahai Fatimah sesungguhnya yang datang barusan adalah dia yang
akan memisahkan manusia dari kenikmatan hidup dunia ini, dialah Ijrail pencabut
ruh”. Begitu dikatakan dialah Ijrail pencabut ruh, Ijrail pun sudah hadir di
sisi nabi mengucapkan salam kepada Nabi, Nabi menjawab dan bertanya : dengan
siapa kau datang ? mana jibril yang biasanya sering datang menjumpai aku ?
apakah jibril sudah tidak suka lagi berjumpa lagi dengan aku? Ijrail berkata :
Jibril sedang berada di perbatasan langit bersama seluruh malaikat menyiapkan
penyambutan untukmu Ya Rasulullah.
Jadi Rasulullah Saw sudah akan dijemput oleh Izrail dibawa menghadap kehadirat
Allah. Maka Rasul bertanya, kalau memang sudah saatnya aku akan dibawa
menghadap Allah apa jaminannya bahwa memang tugasku ini sudah selesai ? Izrail
mengatakan : “Untukmu Ya rasulullah sudah kulihat ada kebun-kebun surga
yang luas yang disiapkan sebagai balasan bagimu”, tapi Nabi menjawab kalau
surga untukku tidak aku risaukan, tidak aku fikirkan. Aku dihadirkan ke muka
bumi untuk menyelamatkan umat manusia, apa jaminannya bahwa tugasku
menyelamatkan ini sudah selesai ? apa jaminannya bahwa umat ini akan selamat
sehingga tugasku dianggap selesai ?. Aku harus tanya dulu ke Allah, Ijrail
menghadap Allah dan turun membawa jawaban. Aku sudah dapat jawaban, engkau
sudah akan ditarik dari peredaran di muka bumi, engkau sudah akan dipanggil
menghadap Allah, tugasmu dianggap selesai dan jaminannya adalah setelah kiamat
nanti tidak akan ada manusia yang masuk surga kecuali seluruh umat Muhammad
Saw. sudah masuk surga, tugasmu sudah selesai. Siapapun orang yang mengikuti
ajaranmu maka seluruh umat Muhammad Saw akan masuk surga dan barulah umat
nabi-nabi yang lain akan masuk surga. Setelah mendapat jaminan seperti itu maka
Rasulullah Saw berkata, kalau begitu sekarang cabut ruhku dan Izrailpun
mencabut ruh Rasulullah Saw. Fatimah melihat dan menceritakan saat ruh dicabut
kaki Nabi bergetar, Sayidina Ali melihat mulut Nabi bergetar seperti akan
mengucapkan sesuatu, maka aku mendekatkan telingaku ke mulut Nabi dan ternyata
Nabi memang menyampaikan pesan terakhir “iyyakum washolat” Jaga
sholatmu 3x dan juga orang-orang yang berada dibawah tanggung jawabmu. "Ummati" 3x
dan Nabi pun wafat.
Saudara-saudara
sekalian, Rasulullah Saw sebagai bashar, sebagai tubuh biologis, sebagai
manusia mati, badannya mati dan terkubur, tapi ruhnya dibawa menghadap Allah.
Tapi jangan lupa Rasulullah saw juga pernah berpesan “maa min muslim
yushollim ‘alaiya ila rodallohu ‘alayya ruuhi hatta rudda ‘alaihis salam“
(tidak lah seorang muslim mengucapkan salam kepada Allah untuk ku kecuali saat
itu juga Allah akan mengembalikan ruhku kemuka bumi dan aku akan menjawab salam
orang itu). Sahabat nabi agak bingung dan bertanya, “waqod arimta” ruhmu
nanti dikembalikan ke muka bumi, tapi tubuhmu sudah hancur busuk dimakan bumi
mau kembali kemana ? Nabi menjawab “innallooha qod harroma ‘alal ard anta
kulla asyadda anbiya” (sesunguhnya Allah telah mengharamkan bumi untuk memakan
tubuh para Nabi). Jadi Rasulullah Saw yang menjadi jaminan kita bahwa dengan
menjadi ummat Muhammad saw kita semua akan masuk surga, setelah badan beliau
mati pun ruh beliau masih bisa hadir/dihadirkan kemuka bumi untuk menjawab
salam orang-orang yang mengucapkan salam kepadanya. Kitapun diajarkan oleh
Beliau, ketika memasuki pekuburan untuk mengucapkan salam“assalamu’alaikum yaa
ahlad yaarolmuslimin”. assalam = salam, ‘alaa=untuk, kum=kamu
“salam untukmu”, nabi tidak gunakan “him” “assalamu’alaihim” salam
untuk mereka. Kalau mereka entah dimana, tapi nabi memasuki pekuburan nabi
ucapkan “assalamu’alakum” salam untukmu. “maa min muslim yamurro
‘alaa qobri akhihi kaana ya’rifu fiddunya wa yushollim ‘alai illa rodhollohu
‘alaihi ruhahu hatta yarudda ‘alaihissalam”, ketika seorang muslim mendatangi
kubur saudaranya lalu dia ucapkan salam maka Allah mengembalikan ruh dari
saudaranya itu dan itu ruh menjawab salam orang yang ziarah kepada dia. Maka
Nabi mendatagi kuburan mengajarkan kepada kita assalamu’alaikum salam untukmu
bukan assalamu’alaihim bukan salam unruk mereka. Dan tiap-tiap kita mendatangi
ziarah ke kubur Abah Sepuh, ke kubur Abah Anom kita ucapkan salam,
beliau-beliau itupun ruhnya dihadirkan dan menjawab salam kita. Rasulullah kita
ucapkan salam sholawat, ruh beliau dihadirkan dan beliau akan menajawab salam
kita.
Kita
tahu kisruhnya Jakarta pada saat reformasi tahun 1998, menjelang sidang umum
MPR tahun 1999 lebih gawat lagi karena berbagai kekuatan siluman sudah
siap-siap dengan berbagai pasukannya. Saat itu jam 2 pagi saya lari dengan
mobil ke Suryalaya tiba disini jam 7 pagi, jumpa dengan Abah. Abahpun bertanya
apa kabar jakarta, saya jelaskan situasi politik, situasi keamanan,semua yang
saya dapat dari berbagai jamaah, dari teman-teman para perwira tinggi saya
ceritakan, situasi betul-betul gawat. Abah waktu itu air mukanya/wajahnya
tenang saja tidak ada gusar, tidak ada rasa takut, tidak ada rasa apa-apa,
sampai-sampai saya berfikir Abah ngerti ga sih situasi gawat kaya begini ?,
jangan-jangan kan sudah terlalu tua ga ngerti juga persoalan politik, sampai
begitu saya.Tapi Abah tenang saja. Ya sudah, ayo makan dulu. Diajak makan
sambil makan berdampingan, lalu karena penasaran tidak dapat juga arahan saya
bertanya lalu apa yang harus kita perbuat oleh para ikhwan TQN ini dalam
situasi seperti ini. Abah dengan tenang menjawab, masing-masing ada tugasnya
kita orang dzikir ya dzikir saja, tapi kan situasi gawat harus ada dong yang
melakukan pencegahan-pencegahan situasi menjadi lebih buruk ?, Abah bilang: kan
ada Rijalul ghoib. Apa itu rijalul ghoib?, Abah menjelaskan. Jadi
memang dalam kehidupan sehari-hari selain manusia-manusia fisik,
manusia-manusia ruhaniah yang kita lihat badannya ini ada hal-hal yang
rohaniyah, makhluk-makhluk rohaniayah.Bisa jadi itu paramalaikat, bisa jadi itu
ruh arwah para auliya allah, mereka pun bekerja. Jadi memang kita harus
membalik pemahaman kita karena selama ini kita menganggap kalau tubuh kita,
diri kita cuma badan, setelah mati badan ini busuk, hancur, musnah, maka dengan
kematian badan menjadi musnah, selesai. Ternyata tidak, yang mati adalah badan,bashar,
tubuh kita bisa jadi busuk, musnah tapi ruh tidak dan khusus ruh para Nabi, ruh
para Auliya Allah, ruh para Sholihin, ruh mereka pun masih sering dihadirkan
kemuka bumi untuk menjalankan tugas-tugas sebagai rijalul ghoib. Situasi
yang sudah begitu gawat menjelang sidang umum MPR tahun 1999, Abah bilang
ada rijalul ghaib, dan saya kembali ke Jakarta. Saya menyaksikan di
jalan-jalan situasi yang tadinya begitu gawat, tiba-tiba seperti bara disiram
oleh air, maka sidang umum MPR tahun 1999 tidak ada hal yang berarti sama
sekali. Saya terkagum-kagum sekali dengan Abah, betul rupanya.
Jangan
dikatakan orang-orang yang berada di jalan Allah itu setelah badannya mati maka
dia mati, tidak berfungsi lagi, badan mati arwahnya masih efektif berperan.
Rasulullah saw sampai sekarang masih bisa menjadi wasilah bagi kita, kita
memohon kepada Allah melalui Rasulullah, Rasulullah membantu menyampaikan
permohonan itu kepada Allah. Bagitu pula arwah para Nabi, arwah para Auliya
Allah, arwah para Ulama, arwah para Sholihin, arwah para Mujahidin, mereka
masih sering dihadirkan ke muka bumi dan masih efektif. Efektif itu artinya
masih berguna, masih bisa mendatangkan manfaat dari kerjanya. Bahwa kitapun
harus terus bekerja, itu memang betul karena masing-masing ada kerjanya.
Abah
Anom sudah wafat tahun 2011 tanggal 5 september Beliau mursyid kita, basharnya/tubuhnya
mati, kita antarkan, kita kuburkan, tapi ruh Beliau masih sering hadir. Saya
mau tanya, bapak/ibu hadirin sekalian, masih sering merasakan tidak, kehadiran
Abah Anom ? Masih sering merasakan tidak, asuhan pengayoman Beliau ? Banyak
ikhwan/akhwat cerita dalam situasi-situasi tertentu Abah muncul, Abah
memberikan bantuan keterlibatan dan segala macam. Maka beliau Mursyid kita
setelah basharnya mati, sesungguhnya Beliau masih menjalankan perannya
sebagai Mursyid. Memang beliau meninggalkan wasiat, wasiatnya tertulis
ditandatangani tahun 1998 yang dalam wasiat itu yang kita kenal dengan Surat
Pernyataan (Maklumat) : “Saya KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin sebagai
guru mursyid TQN dan sebagai sesepuh Pontren Suryalaya”, jadi ketika menuliskan
itu beliau menggunakan 2 jabatan beliau sebagai Guru Mursyid dan sebagai Sesepuh
Pesantren. Dengan ini menyatakan dan menunjuk :
1. KH. Noor Anom Mubarok, BA
2. KH. Zaenal Abidin Anwar
3. H. Dudun Noorsaiduddin
Sebagai Pengelola Pesantren Suryalaya”. Jadi tiga orang itu disebut dalam
wasiat Abah Anom itu sebagai Pengelola Pesantren Suryalaya, tidak ada kata-kata
ketiga orang itu disebut sebagai Mursyid, tidak disebut oleh abah. Maka ketiga
orang itu bukan mursyid, tapi ada alinea berikutnya yang menyatakan :”Maka
dengan adanya Surat Pernyataan ini kepada seluruh Pimpinan Lembaga termasuk
para Mubaligh dan Wakil Talqin yang ada di lingkungan Pondok Pesantren Suryalaya,
apabila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan kebijakan lembaga, fisik
bangunan, pendidikan dan pengajaran, dan pembinaan ikhwan TQN Pontren Suryalaya
supaya berkonsultasi dengan nama-nama tersebut”. Tiga orang itu memang bukan
mursyid, tapi ada pesan juga dari Abah Anom supaya berkonsultasi dalam
soal-soal yang luas, khususnya soal ke-TQN-an kepada tiga orang itu.
Jadi
kalau Abah mengeluarkan wasiat tertulis wajib kita taati, tiga orang itu lalu
disebut Pengemban Amanah, taati. Malam ke 40 hari setelah Abah Anom wafat, para
Wakil Talqin kumpul dan ketika dibacakan itu, semua Wakil Talqin sepakat :
Setelah Abah Anom wafat, maka kita taati tiga orang itu. Yang waktu itu H.
Dudun sudah wafat lebih dulu jadi tinggal dua orang. Dua orang itu kita disepakati,
kita sebut oleh para Wakil Talqin disebut sebagai Pengemban Amanah, taati. Taat
kepada beliau,apakah beliau dua orang itu jadi mursyid ? bukan! Abah Anom tidak
menyebut beliau sebagai mursyid, tapi Abah Anom dalam wasiatnya pun berpesan
supaya semua berkonsultasi kepada dua orang itu. Jadi kita taat kepada Abah
Anom, kita taat kepada kedua orang itu. Ada juga sebagian orang berfikir, kalau
Abah Anom tidak menunjuk mursyid, lalu siapa mursyid ? Kenapa susah-sudah?Mursyid
masih tetap dipegang oleh Abah Anom. Kenapa Abah Anom, persoalan segini
penting, persoalan segini genting, Abah Anom tidak meninggalkan wasiat tentang
kemursyidan ?, padahal jelas-jelas ketika akan membuat Maklumat itu dibagian
atas beliau menuliskan saya KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin selaku Guru
Mursyid, selaku Sesepuh Pesantren menganggkat tiga orang ini untuk memimpin
pesantren, kenapa tidak angkat saja ketiga orang ini sebagai mursyid ? beliau
juga sudah mursyid ?. Yang jelas, pasti Abah Anom tahu persis, urusan mursyid itu
urusan Allah, urusan langit, maka Abah Anom pun tidak mengangkat Mursyid.
Kemursyidan itu urusan langit, tapi kepemimpinan harus ada, maka Abah Anom
tetapkan tiga orang itu sebagai Pengemban Amanah, bukan mursyid. Lalu kalau
begitu kita sepelekan? tidak juga karena ada pesan di alinea kedua dari Abah
Anom untuk urusan-urusan tentang Thareqat konsultasi pada tiga orang itu. Tapi
kan tiga orang itu sekarang tinggal satu, bagaimana kalau habis semua?. Jangan
tanya bagaimana-bagaimana, itu urusan langit ? tunggu saja nanti, tapi yang
jelas kan masih ada sekarang, taati saja yang ada, amalkan saja. Kalau terlalu
cepat terburu-buruoffsite (keluar jalur) kita. Wasiatnya ada jelas,
disuruh konsultasi, taati. Ya tapi kan kita memerlukan mursyid yang masih
hidup? Saya mau tanya, siapa sih yang hadir disini yang sudah merasa Abah Anom
bukan mursyid lagi sekarang ini ? sehingga merasa memerlukan mursyid lain?.Yang
merasa Abah Anom sudah bukan mursyid lagi saat ini, sehingga merasa perlu
mencari mursyid lain, tunjuk tangan. Yang sudah menganggap Abah Anom dengan
matinya tubuh beliau dengan ruhnya dibawa ke alam barzah, maka Abah Anom
dianggap tidak bisa lagi membimbing kita selaku murid, siapa yang menganggap
seperti itu? Hati-hati!. Ketika Beliau masih berperan sebagai mursyid karena
beliau belum/tidak turunkan perintah, tidak delegasikan kemursyidan itu, tapi
kita mengatakan beliau sudah tidak efektif lagi, beliau sudah tidak bisa
memainkan peran sebagai mursyid lagi. Ketika ada keyakinan seperti itu pada
diri kita, itu sama juga kita sudah menggunting/memutuskan robithoh kita
kepada beliau. Ada saja keyakinan seperti itu, oh... kita perlu mursyid yang
masih hidup, kenapa? karena Abah Anom sudah mati, Abah Anom sudah wafat, kalau
sampai muncul keyakinan seperti itu, kita sudah menggunting/memutuskan robithoh
kita kepada beliau. Karena itu, ayo cari!, silahkan cari. Cari kalau dapat,
belum tentu dapat yang ada sudah diputuskan, masya allah!. Yang pasti dibuang,
yang pasti digunting, yang sudah pasti diputus, mencari yang masih penuh
kontroversi, apa ga bodoh kita seperti itu?. Memang ada berkembang seperti itu,
pokoknya karena Abah Anom sudah mati, sudah wafat, kita harus cari mursyid yang
masih hidup. Oh... berarti kau menganggap Abah Anom sudah tidak bermain lagi
ya? Sudah tidak bisa berperan lagi ? dianggap sudah mati ?. Yang mati itu
badannya/basharnya, ruh masih main, masih efektif. Apa sudah tidak kamu rasakan
itu, sehingga sekarang kamu tinggalkan, kamu mencari yang lain padalah yang
lain pun dari mana kamu tahu itu memang wali mursyid, dari mana kamu tahu yang
lain itu memang mursyid yang legitimate, yang ottentik, yang sah,belum
tentu. Sementara yang masih pasti sudah kamu putus, sudah kamu gunting.
Hati-hati!.
Saudara-saudara
sekalian, tetapi namanya juga keyakinan orang. Bagaimana kita bisa nyetel
keyakinan orang. Kalau kita coba nyetel keyakinan orang, kita tidak sanggup.
Sebagian memang mengutip kitab ini, kitab itu, bahwa kalau mursyid sudah wafat
kita harus mencari mursyid yang masih hidup, ya kitab kan juga pendapat orang
kan ? artinya masih berpendapat begitu segala macam, oke itu keyakinan.
Silahkan, silahkan.
Pak! Saya tetap berkeyakinan, setelah mursyid kita mati badannya, wafat ruhnya,
maka saya harus mencari mursyid lain yang masih hidup, itu keyakinan saya,
prinsip tidak bisa diubah. Yaa.. kalau sudah keyakinanmu begitu saya juga tidak
bisa ikut campur. Tapi saya masih ingin bertanya, kalaupun kita harus mencari
mursyid lain, musyrid yang waliyullah bukan mursyid sekedar mursyid-mursyid-an
atau meskipun namanya mursyidi, jadi mursyid yang waliyalloh itu yang dicari.
Kalaupun harus cari, kira-kira bagaimana nyarinya ?. Saya bilang “laa
ya’riful wali illal wali” (bagaimana kita tahu seseorang itu mursyid yang wali
kalau kita sendiri bukan wali. Hanya wali yang bisa tahu wali), tapi kita kan
memerlukan mursyid yang masih hidup ?. Ya kalau begitu pakai akal-akal logika
manusia yang biasa, pertama : kalau betul seseorang itu wali mursyid (ini
dengan penglihatan kita orang bodoh) apa bukti otektiknya ?, ada tidak surat
pelimpahan kemursyidan dari mursyid waliyullah sebelumnya ?. Karena kita orang
bodoh kita perlu surat itu, bukti otektik. Kalau bukti tidak ada, barangkali
ada bukti yang sifatnya ghaib. Bukti ghaib itu apa? macam-macam, bisa
mimpi-mimpi segala macam, tapi itu pun bersifat subjektif dan bisa ngawur
(misal : 40 orang mimpi bisa punya 40 mursyid yang berbeda-beda, sangat
subjektif). Dalam penglihatan logika manusia saja, kalau betul dia seorang
waliyullah yang ditunjuk sebagai mursyid,tidak ada surat, tidak ada bukti otektik,
dia pasti punya kekuatan ghaib yang Allah berikan kepada dia. Apa kekuatan
ghaibnya itu? Seorang wali mursyid ditugaskan oleh Allah menjadi mursyid,
berati dia harus membimbing. Membimging jiwa, membimbing ruh murid-muridnya,
pusatnya ruh adalah qolbu, maka seorang yang disebut wali mursyid punya
kemampuan menerobos masuk kedalam ruh murid, menembus masuk kedalam qolbu,
mencengkram dan menggenggam qolbu murid itu dan memberikan kekuatan, aliran
kekuatan dzikrullah, memberikan kekuatan aliran rahmat dari allah dan qolbu
murid itu menjadi tentram. Kita datang kepada dia, dia menerobos ruh kita
tembus kedalam qolbu, dia genggam qolbu kita dan kita jadi tentram. Apalagi
kalau dia dikatakan mendapat limpahan kemursyidan dari mursyid sebelumnya.
Kalau dikatakan dia mendapat limpahan dari mursyid sebelumnya, maka murid dari
mursyid sebelumnya (sebut saja murid-murid Abah Anom) semua qolbunya bisa dia
genggam. Dan begitu digenggamnya semua murid Abah Anom langsung ikut dengan
mengalir begitu saja, dengan tenang mengalir, tidak ada pertanyaan, tidak ada
keraguan, tidak ada perdebatan, tidak ada kontroversi. Sebagaimana dulu dari
Abah Sepuh ke Abah Anom. Begitu Abah Sepuh wafat dan memang Abah Anom menjadi
wali mursyid berikutnya, selain ada surat bukti otentik juga memang kepada Abah
Anom diberikan limpahan itu. Seakan-akan Abah Sepuh berkata, ”nih qolbu para
muridku yang ku genggam ku serahkan kepadamu dan Abah Anom menerima qolbu-qolbu
para murid Abah Sepuh dan mencengkramnya dengan tenang. Dan semua murid Abah
Sepuh mengalir kepada Abah Anom, tenang tidak ada pertanyaan, tidak ada
keraguan, tidak ada kontroversi, tidak ada perdebatan. Itu logika orang
bodoh/awam, begitu saja. Kalau memang seseorang itu mursyid yang waliyullah,
kalau memang tidak ditemukan adanya bukti maka kalau memang betul dia mendapat
amanah dari Allah sebagai wali mursyid, kalau memang betul dia mendapat amanah
dari wali mursyid sebelumnya, maka ia akan mengambil alih semua itu dan terjadi
peralihan mengalir tenang, tidak ada keributan apapun. Nah, gampang itu saja.
Kalau
itu tidak juga kita jumpai, bukti otentik tidak dapat, tafsir-tafsir,
takwil-takwil subjektif bertebaran, tetapi semua orang kemudian menjadi
kontroversi, berdebat, fitnah, sms saling mengancam, saling bergerilya, saling
profokasi, apa ini ? Padahal Abah Anom pesan terakhirnya “wa’tasimu
bihablillah”, padahal akhlak Nabi Muhammad saw dalam ayat : “walladzina
ma’ahu muhammadurasulullah, walladzina ma’ahu asyidda-u ‘alal kuffar ruhama-u
bainahum”, ruhama-u bainahum. Ketika tidak ada lagi “ruhama”, tidak
ada lagi kerahiman, muncul perdebatan, permusuhan, fitnah dan segala macam,
hati-hati, tahan diri. Itu bagi yang berpendapat dengan matinya Abah Anom
tubuhnya, wafatnya ruh beliau, maka harus cari wali mursyid lainnya yang masih hidup.
Kriterianya apa?, logika gampangnya itu saja, kalaupun tidak ada bukti otentik
maka dia menerima pelimpahan dan punya kemampuan menggenggam semuanya dan semua
murid mengalir kepada dia. Ingat kalau tidak, hati-hati!.
Tapi
kawan ini tetap punya prinsip lain, tidak bisa tetap saya harus mencari mursyid
yang lain. Kalau kamu masih mau cari mursyid yang lain akan ada persoalan
keorganisasian, muncul persoalan keorganisasian. Apa persoalannya?
1. Abah Anom sudah menyiapkan wasiat tertulis supaya kita taat berkonsultasi
kepada para Pengemban Amanah, itu sudah jelas, wasiat itu masih ada. Taat tidak
kepada Abah Anom ? kalau taat, taatilah wasiat itu. Pengemban Amanah masih
ada.
2. Para Wakil Talqin pun sudah bersepakat, taati Pengemban Amanah. Soal kemursyidan
itu soal lain nanti, ini ijma para wakil talqin.
3. Keluarga baik keluarga Abah Sepuh dan keluarga Abah Anom pun bersikap yang
sama
Karena itu juga pengurus Yayasan Serba Bakti punya sikap yang sama, taati saja
dulu Pengemban Amanah.
Ini
organisasi, TQN suryalaya beserta yayasannya, ini aturan organisasi. Kalau kamu
tetap berprinsip saya mau cari mursyid lain, berarti kamu bertentangan dengan
organisasi itu.
Ketika kamu mengatakan ada wali mursyid lain, apalagi kamu menambah dalam
tawassul, kamu tambahkan orang itu, dalam rangkaian no 38, berarti kamu sudah
tidak menaati wasiat, berarti kamu sudah tidak mengikuti ijma para wakil
talqin, berarti kamu sudah tidak menaati pesan keluarga, berarti kamu sudah
tidak taat kepada Yayasan Serba Bakti, berarti kamu sebenarnya sudah memisahkan
diri dari TQN Suryalaya. Karena yang namanya organisasi itu ada koridornya, ada
jalannya, ada batas pinggirnya. Ketika kamu keluar sama sekali dari batas
pinggir itu berarti kamu memisahkan diri, terjadi firoq. Kalau kamu wakil
talqin, kalau kamu mubaligh, begitu kamu memisahkan diri tidak selayaknya lagi
kamu menyatakan diri "saya wakil talqin TQN Suryalaya", karena yang
kamu lakukan sudah bertentangan dengan TQN Suryalaya, sudah bertentangan dengan
wasiat Abah Anom, sudah bertentangan dengan ijma para wakil talqin yang kamu
sendiripun ikut hadir waktu itu. Kalau kamu wakil talqin dan Mubaligh bicara
seperti itu berarti kamu sudah memisahkan diri, apalagi kamu dalam tawassul
menambah. Dengan menambah rangkain dalam tawassul itu kamu sudah mengubah
ajaran, dan ada pesan Abah dulu dalam salah satu Maklumatnya “Siapa yang
mengurangi atau menambah maka Abah tidak bertanggungjawab”. Bahaya kalau Abah
Anom sudah tidak bertanggung jawab, nah berarti kamu sudah firoq. Ya..
tapi saya tetap mau punya wali mursyid yang baru, ya silahkan itu keyakinan
kamu, saya tidak bisa mengubah keyakinan itu dan kita semua disuruh menghargai
keyakinan orang lain, tidak usah ribut. Hanya dengan begitu caranya kamu
sudah firoq, kamu sudah memisahkan diri. Kalau begitu kami bikin saja TQN
.... (kan ada TQN Suryalaya, kan ada TQN Abdul Karim di Banten, kan ada TQN di
Jombang, kan ada TQN di Mranggen) saya juga bisa dong, kami bikin saja TQN
...., silahkan hak azasi manusia untuk berbeda pendapat. Tapi kamu sudah
memisahkan diri dari TQN Suryalaya dan kalau kamu sudah memisahkan diri, lalu
kamu masuk ke tempat-tempat majelis-majelis manaqib TQN Suryalaya, kamu hadir
ke majelis khataman TQN Suryalaya, kamu boleh ikut dzikir, kamu boleh ikut
manaqib sebagai peserta. Tapi kamu terlibat sebagai petugas dan membaca
tawassul dengan menambah, dengan demikian kamu telah mengubah ajaran, kamu
merusak lingkungan TQN Suryalaya. Dan akibat merusak seperti itu akan muncul
pertanyaan, akan muncul gugatan, akan muncul perdebatan, dan akhirnya bisa
saling konflik, saling memaki, rusak silaturahim. Daripada rusak silaturahim
kalaupun kamu mau berbeda, silahkan berbeda. Bikinlah TQN ... yang lain diluar
Suryalaya, bikinlah Pengurus Yayasan sendiri, bikinlah Korwil sendiri, bikinlah
Perwakilan sendiri, bikinlah majelis khataman sendiri, bikinlah majelis manaqib
sendiri.
Apa kami ga boleh datang ke manaqib yang diselenggarakan oleh TQN Suryalaya ?
boleh, karena itu manaqibnya manaqib Tuan Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani,
boleh hadir kamu di mejelis manaqib yang kami selenggarakan dan kami pun boleh
hadir di majelis manaqib yang kamu selenggarakan karena manaqibnya
manaqib Tuan Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani. Yang tidak boleh ketika kamu
hadir di majelis-majelis kami, kamu terlibat menjadi petugas dan menyampaikan
ajaran yang kemudian sudah berubah, termasuk membaca tawassul yang sudah
ditambah, itu tidak boleh. Sebab kalau itu terjadi, ini bukan persoalan fiqh (otomatis
kita masuk ke rumah orang kita menyampaikan sesuatu yang dalam keluarga itu
bukan itu yang mereka yakini) akan muncul pertanyaan bisa berkembang menjadi
konflik, jadi rusak silaturahim. Jadi supaya tidak terjadi konflik bikin saja,
silahkan. Kalau anda wakil talqin, anda mubaligh, berarti anda bukan lagi wakil
talqin TQN Suryalaya, bukan lagi mubaligh TQN Suryalaya. Kalaupun anda hadir di
majelis dzikir kami, majelis khataman kami, di majelis manaqib kami, hadir ya
boleh, sama-sama dzikir, sama-sama manaqib memuliakan Tuan Syekh Abdul
Qodir Al-Jaelani, tapi kalau kalian ikut terlibat dan memimpin pembacaan
tawassul, membaca tawassul yang sudah ditambah kamu sudah mengubah, sudah
berbeda dengan kami, jangan dilakukan sebab nanti jadi rusak silaturahim. Juga
kalau anda pengurus YSB, kalau anda berpendapat punya mursyid lain, maka
sebenarnya (kalau saya TQN Suryalaya berpendapat : Wasiat Abah Anom taat pada
Pengemban Amanah, Ijma Para Wakil Talqin ikuti para Pengemban Amanah, Surat
Edaran dari Pengurus YSB Pusat ikuti Pengemban Amanah) tapi kemudian saya yang
katanya pengurus Perwakilan, saya yang katanya Pengurus Korwil ternyata tidak
mengikuti itu semua, maka etikanya/adab saya ya saya mundur dari pengurus
Perwakilan, saya mundur dari Pengurus korwil, loh saya kan sudah punya
keyakinan berbeda.(Maaf ya saya sekarang bukan lagi Pengurus korwil disini,
saya bukan lagi pengurus perwakilan karena saya sudah bebeda, selesai).
Silaturahim tetap terjaga. Tapi kalau kemudian masih mempertahankan posisi
korwil, mempertahankan posisi perwakilan bahkan mencoba mengajak semua ikhwan
TQN Suryalaya ikut kepada keyakinan dia, itu namanya pembajakan, itu namanya
kudeta, itu namanya pembelokan, tidak boleh. Ini kan beda soal keyakinan, kami
hargai keyakinan anda. Tapi ini aturan bermasyarakat, berorganisasi. Organisasi
TQN Suryalaya berpegang pada wasiat Abah, Ijma Wakil Talqin, Surat Edaran, ya
ikuti. Ketika kita berbeda tapi saya wakil, saya korwil, saya perwakilan, saya
harus melepas jabatan itu tapi kalau masih saya paksakan dan saya akan ajak
anak buah saya, saya akan ajak ikhwan untuk berpindah itu pembajakan, itu tidak
boleh, itu kudeta. Etika manapun kamu lakukan, kamu tidak akan bisa membenarkan
itu semua, semua orang yang paham organisasi akan katakan kamu pembajak, tidak
boleh dilakukan. Apalagi kalau kita misalnya Mubaligh secara sengaja datang
kedalam majelis-majelis TQN Suryalaya, masuk ke dalam majelis-majelis khataman,
majelis manaqiban lalu kita menyebarkan faham yang lain dengan dalih bahwa kami
harus mencari pengikut untuk guru kami yang baru, maka ke fihak lain itu
disebut profokator (tapi dalam bahasa lain saya sebutkan : ya boleh
saja berburu tapi ko berburu di kebun binatang, boleh saja memancing,
mancinglah di laut bebas cari pengikut baru tapi janganlah mancing di akuarium
tetangga jadi ribut nanti, ya ngomel tetangga). Hal-hal seperti ini insya allah
tidak akan menimbulkan keributan berlarut-larut dan semua menjadi jelas. Wasiat
Abah kita jalankan, Ijma Wakil Talqin kita ikuti, edaran yang ada dan pengurus
yayasan pun sudah mencanangkan seperti itu. Kalau anda pengurus perwakilan,
pengurus korwil, tinggalkan jabatan itu. Di Jakarta saya sudah tegas seperti
itu (saya sebagai ketua korwil), kalau ada pengurus korwil, pengurus Perwakilan
yang merasa tidak lagi sepaham dan ingin mencari jalan lain, silahkan. Berarti
anda bukan lagi pengurus korwil, bukan lagi pengurus perwakilan. Silaturahim
tetap kita jaga, kita ummat Nabi Muhammad Saw. dan jangan ada lagi saling acak
mengacak, jangan ada lagi upaya kudeta sebab nanti munculnya jadi konflik
selebihnya kita bisa jalan bareng-bareng, begitu saja. Demikian akhirnya kepada
pengurus YSB dipusat, di korwil, di perwakilan, di pembantu perwakilan, para
Pengemban manaqib/penyelenggara manaqib dengan semua aturan-aturan keterangan
ini sudah jelas anda tinggal tegakkan aturan ini. jadi jangan ada lagi
pura-pura tidak tahu, sungkan dan segala macam, semuanya sudah jelas. Karena
itu suarakan dengan penuh kejelasan, bicara dengan bahasa yang langsung, terang
dan jelas. Dengan cara itu tidak akan adalagi prasangka-prasangka, dan kepada
yang mengambil jalan lain kita masih umat Nabi Muhammad Saw, insya allah kita
masih sama-sama sebagai pengamal TQN, cuma kami TQN Suryalaya, anda TQN ...yang
lain apalagi kita masih bertetangga. Kita terus damai masing-masing sama-sama
mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Barokallohu
lii walakum. Semoga Allah Swt memberikan keberkahan untuk Saya dan Anda semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
(Sumber
: www.suryalaya.org)
Posting Komentar
Posting Komentar