Menu

TQN PP.Suryalaya

 

Syeikh Abul Hasan Asy-Syadzily
Awas! Waspadalah dengan kesibukan dunia manakala dunia mendekatimu.
Awas! Dengan penyesalannya manakala dunia pergi darimu. Orang yang cerdas sama sekali tidak tergantung pada sesuatu (dunia) yang apabila dunia datang ia sibuk dan apabila pergi ia menyesal. Lalu ada yang berkata padanya, “Mereka telah memburu dan mereka telah terampas.”
 IKHLAS merupakan Siapapun  yang meraih sedikit saja dari dunia secara halal dengan disertai etika (adab), hatinya telah selamat dari pengotoran dan dari neraka hijab. Etika (adab) di sini ada dua macam: Adab sunnah dan adab ma’rifat. Adab sunnah adalah berpijak pada ilmu pengetahuan melalui tujuan dan niat yang baik semata bagi Allah. Sedangkan adab ma’rifat disertai izin, perintah, ucapan dan  isyarat yang ditetapkan oleh Allah Ta’ala. Isyarat di sini, merupakan pemahaman dari Allah terhadap hamba-Nya melalui cahaya keindahan-Nya dan keagungan-Nya.
Ilahi, dunia ini hina, hinalah orang yang berkubang di  dalamnya, kecuali dzikrullah. Sedangkan akhirat itu mulia, dan mulia pula orang yang ada di dalamnya. Sementara Engkau  yang menghinakan kehinaan  dan memuliakan kemuliaan. lalu mana bisa mulia orang yang memburu selain Diri-Mu? Tau bagaimana bisa zuhud orang  yang memilih dunia bersama-Mu? Maka benarkanlah secara hakiki  diriku dengan hakikat zuhud sehingga aku tidak membutuhkan lagi mencari selain Diri-Mu, dan kokohkan dengan hakikat ma’rifat sehingga aku tidak butuh mencari-Mu lagi.
Ilahi, bagaimana orang yang mencari-Mu bisa sampai kepada-Mu, atau bagaimana  orang yang lari dari-Mu bisa kehilangan Diri-Mu? Maka carilah aku dengan kasih sayang-Mu, dan jangan engkau cari diriku dengan siksa-Mu wahai Yang Maha Pengasih, wahai Yang Maha Menyiksa.
“Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”
Tak ada masalah besar bagi kami, kecuali dua hal ini: cinta dunia secara  berlebihan dan rela menduduki kebodohan. Sebab,  cinta dunia itu tonggak dari segala dosa besar, sedang menempati  kebodohan adalah tonggak segala kedurhakaan. Sungguh Allah memperkaya dirimu jauh dari dunia lebih baik dibanding Allah memperkaya dirimu dengan dunia. Maka demi Allah tak seorang  pun bisa kaya dengan dunia, sebab bagaimana bisa kaya dengan  dunia, sementara firman-Nya: “Katakanlah, sesungguhnya harta dunia itu amat sedikit.”
Ada seseorang datang kepadaku, ketika aku ada dalam gua di Marokko. Lalu ia berkata padaku, “Engkau punya keahlian di bidang ilmu kimia, ajarilah aku.” Kukatakan padanya, “Baik aku akan mengajarimu  tentang kimia, namun aku tidak memperdayaimu dari ilmu kimia itu satu huruf pun, seandainya engkau menerima, dan aku lihat  engkau tidak akan menerima...?” Orang itu menjawab,  “Hai, demi  Allah aku pasti menerima.” Lalu  kukatakan, “Gugurkanlah makhluk  dari hatimu, dan putuskanlah  keinginan agar Tuhanmu memberikan sesuatu yang selain apa yang telah diberikan  padamu dari Tuhanmu.” Orang itu menegaskan, “Sungguh, aku tidak  mampu menjalankan ini!”. Lalu kukatakan padanya, “Bukankan sudah kukatakan padamu, kalau engkau tidak akan menerima. Kalau  begitu pergilah.”
Ada empat perkara, jadilah dirimu bersamanya, dan masuklah kapan saja engkau mau. 1) Janganlah engkau mengangkat  pemimpin yang kafir, 2) janganlah memandang orang mukmin  sebagai musuh, 3) jauhkanlah hatimu dari dunia dan bersiaplah menyongsong kematian, dan 4) bersaksilah bagi Allah dengan Keesaan-Nya, dan bersaksilah bagi Rasul dengan risalahnya. Lalu amalkanlah. Ucapkan:
“Aku  beriman kepada Allah,  malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, seluruh takdir-Nya, dan seluruh  kalimat-kalimat yang bercabang-cabang dari Kalimat-Nya (Kami tidak membedakan antara  seseorang dari para Rasul-Nya)  dan kami katakan sebagaimana mereka katakan, (kami mendengar dan kami patuh, hanya ampunan-Mu wahai Tuhan kami, dan kepada-Mu lah tempat kembali).”
Siapa pun yang berpijak pada empat hal tersebut, Allah akan menjamin empat hal di dunia dan empat hal di akhirat. (Di dunia) benar dalam bicara; ikhlas dalam beramal; rizki seperti hujan dan terjaga dari keburukan. Sedangkan di akhirat mendapatkan:  ampunan agung; kedekatan yang sangat (kepada Allah); masuk ke dalam syurga yang luhur dan mendapatkan derajat tinggi. Kamudian mendapatkan empat hal pula dalam agama: Masuk ke dalam Allah; bermajlis bersama-Nya; mendapat Salam dari Allah dan meraih  keridhaan Allah yang besar.
Apabila engkau ingin benar dalam ucapan, maka resapkanlah  dalam dirimu dengan membaca: “Sesunggunya Kami telah  menurunkan Al-Qur’an di malam  qadar (lailatul qadr)”.
Apabila engkau ingin ikhlas beramal, resapkan dalam dirimu dengan membaca: “Katakanlah: Allah itu Esa”
Apabila engkau ingin luas dalam riziki, resapkankan dalam dirimu dengan membaca: “Katakanlah: Aku berlindung pada Tuhannya manusia.”
Aku  pernah melihat Rasulullah Saw. bersabda: “Ada empat  perkara yang tak bisa dipahami sama sekali, sedikit ataupun banyak: Cinta dunia; alpa akhirat; takut miskin dan takut manusia.”
“Seburuk-buruk manusia adalah orang yang bakhil dengan  dunianya terhadap orang yang berhak, maka bagaimana dengan  orang yang bakhil dengan dunia terhadap yang memiliki dunia (Allah).”
Aku melihat seakan-akan diriku berada di tempat yang tinggi. Lalu aku bermunajat: Ilahi, manakah kondisi ruhani yang paling engkau cintai dan ucapan manakah yang paling benar menurut-Mu?  Amal manakah yang paling bisa menunjukkan kecintaan pada-Mu? Tolonglah aku dan tunjukkanlah diriku. Maka dikatakan padaku:  “Kondisi ruhani paling Kucintai adalah ridha disertai musyahadah;  sedangkan ucapan paling benar menurut-Ku adalah ucapan, Laa ilaaha illaLlah secara jernih. Sementara amal yang paling bisa menunjukkan kecintaan-Ku  adalah membenci dunia dan putus  asa terhadap ahli dunia, disertai keselarasan dengan-Ku.”
Lepaskanlah dirimu dari berlebihan terhadap cinta dunia, tinggakanlah untuk terus menerus bermaksiat, langgengkanlah pada masalah rahmat laduniyah (dari sisi Allah), dan mohonlah pertolongan melalui rahmat itu pada segala tindakan, serta janganlah hatimu bergantung  dengan sesuatu, maka engkau termasuk orang-orang yang  sangat mendalam (dan benar)  dalam ilmu, dimana rahasia batin  dan ilmu tidak pernah hilang.
Apabila muncul gangguan hatimu berupa bisikan maksiat dan dunia, lemparkanlah bisikan itu di bawah dua telapak  kakimu sebagai sesuatu yang hina, sekaligus sebagai refeksi zuhud, lalu  penuhilah hatimu dengan ilmu dan petunjuk. Janganlah  engkau menunda-nunda, yang  bisa membuatmu tenggelam  dalam kegelapannya dan anggota  badanmu terlepas di sana, lalu engkau harus memeluknya, baik  melalui hasrat, fikiran, kehendak dan gerakan. Kala itu, lubuk hati menjadi terombang-ambing, dan seorang hamba “bagaikan telah disesatkan oleh syetan di pesawangan yang menakutkan  dalam keadaan bingung, dia mempunyai sahabat-sahabat yang  memanggilnya kepada jalan yang  lurus (dengan mengatakan):  “Marilah ikuti kami,” katakanlah,  “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya)  petunjuk.” Sedangkan petunjuk itu tidak akan pernah ada kecuali pada orang yang bertaqwa; tiada orang yang bertaqwa kecuali orang itu kontra terhadap dunia. Tiada orang yang kontra terhadap dunia kecuali orang yang menghina dirinya. Tidak ada orang yang menghina dirinya kecuali orang yang tahu akan dirinya. Tidak pula tahu orang yang tahu akan dirinya kecuali orang yang tahu Allah. Tidak ada yang mengenal Allah kecuali orang  yang mencintai-Nya, dan tidak ada orang yang mencintai-Nya  kecuali orang yang telah dipilih dan dikasihi Allah, dan antara  dirinya terhalang dari hawwa dan nafsunya. Ucapkanah: “Ya Allah, wahai Yang Maha Kuasa, wahai Yang Maha Menghendaki, wahai Yang maha Perkasa, wahai Yang Maha Bijaksana, wahai Yang Maha  Terpuji, wahai Tuhan, wahai Sang Raja, wahai Yang Ada, wahai  Yang Memberi Petunjuk wahai Yang Maha Memberi  nikmat. Limpahkanlah kepadaku rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya  Engkau Maha Memberi Anugerah, dan Engkau memberi nikmat pada hamba-Mu dengan nikmat agama  dan nikmat hidayah, ”menuju  jalan yang lurus, jalan Allah yang Dia pemilik apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah hanya kepada Allah lah  segala urusan kembali,” melalui kemuliaan Nama Agung ini. Amin.”
Apabila engkau berhadapan dengan suatu yang menjadi bagian dari dunia maka bacalah: “Wahai Yang Maha Kuat, wahai Yang Maha Perkasa, wahai Yang  Maha Mengetahui, wahai Yang Maha Kuasa, wahai Yang Maha  Mendengar, wahai Yang Maha Melihat.”
Manakala tambahan bekal tiba, berupa bekal dunia maupun akhirat, maka bacalah: ”Cukuplah  Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami dari karunia keutamaan-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah.”(Q.s. at-Taubah: 59)
Wahai orang yang berhasrat pada jalan selamat-Nya yang  beruntung menuju hadirat Kehidupan-Nya, jauhilah memperbanyak diri atas apa yang diwenangkan Allah kepadamu. Tinggalkan apa yang tidak masuk dibawah ilmumu dari apa yang telah dihalalkan oleh Allah bagimu. Bergegaslah menuju kewajiban-kewajibanmu, dan tinggalkan  kesibukan manusia pada umumnya untuk menjaga batinmu. Maka dalam hal meninggalkan memperbanyak diri, merupakan zuhud, dan meninggalkan hal-hal yang tidak termasuk dalam ilmumu adalah wara’. Renungkan sabda Rasulullah Saw. ”Kebaikan adalah yang menentramkan jiwa dan menentramkan kalbu. Sedangkan dosa adalah sesuatu yang merajut-rajut dalam jiwa dan membawa keraguan dalam dada, walaupun  manusia lain telah menasehatimu dengan yang selain dosa itu.” Maka fahamilah.Sibuk menjaga rahasia batin berarti menghormati hakikat-hakikat keimanan. Jika engkau seorang pedagang yang jeli, maka tinggalkanlah kemauanmu untuk pasrah pada Kehendak-Nya, disertai ridha pada seluruh aturan-Nya. “Dan siapakah yang lebih baik daripada Allah sebagai hukum bagi orang-orang yang yakin?” Hadis ini cukup bagimu, ”Dunia itu haramnya adalah siksa, dan halalnya adalah hisab.” Dunia yang tak ada hisab kelak di akhirat dan tak ada hijab ketika di dunia, adalah dunia yang bagi  pemiliknya tidak mengandung  hasrat kehendak sebelum adanya dunia itu, dan tidak pula mengandung hasrat ketika dunia menyertainya, tidak pula kecewa ketika dunia hilang dari  sisinya. Sedangkan kebebasan mulia hanya bagi orang yang meraih dunia secara berhadapan, tanpa sedikit pun pengaruh yang memperdayai hatinya (karena dunia itu).
Aku pernah bermimpi melihat Abu Bakr ash-Shiddiq, lalu beliau berkata padaku, “Tahukah engkau apa tanda keluarnya cinta duniawi dari dalam kalbu?” Aku bertanya, “Apa itu?” Beliau menjawab, “Meninggalkannya ketika ada, dan merasa ringan ketika dunia tak ada.”
(Dokumen Pemuda TQN Suryalaya News, Sumber: sufinews.com)

Posting Komentar

 
Top