Jenazah
dan Kuburan/Pusara Ulama yang Diambil Berkah:
Setelah
kita mengetahui pendapat (baca: fatwa) para ulama Ahlussunnah dari berbagai
madzhab perihal legalitas mengambil berkah (tabarruk) dari berbagai peninggalan
Nabi saw. setelah wafat beliau terkhusus pusara suci beliau saw. dan dari
para manusia sholeh lainnya, kini kita akan melihat bagaimana kaum muslimin pun
melanjutkan dan menerapkan syiar Islam ini kepada kuburan para sahabat
Rasulallah saw. Dan ulama mereka.
Kuburan Bilal al-Habsyi –seorang sahabat besar dan muadzin Rasulallah– yang
berada di Damaskus (Syiria) adalah salah satu dari manusia mulia kekasih Allah
dan Rasul-Nya yang selalu diziarahi dan diambil berkah oleh banyak dari kaum
muslimin. Bukan hanya kaum muslim awam saja yang mencari berkah darinya, namun
para Waliyullah pun turut berdo’a dan mengambil berkah darinya. (Lihat: Rihlah
bin Jubair halaman: 251)
Kuburan Abu Ayyub al-Anshari (di Istanbul, Turki) juga termasuk yang di ambil
berkahnya. Al-Hakim anNaisaburi menjelaskan: “Mereka bertekad, menziarahi dan
mencari berkah hujan jika ditimpa kekeringan.” (Lihat: al-Mustadrak ‘ala
as-Shohihain jilid: 3 halaman: 518 atau Ibnu al-Jauzi dalam Shofwah al-Shofwah
jilid: 1 hal. 407)
Makam
sahabat besar Suhaib ar-Rumi juga termasuk yang dicari berkahnya. Bahkan
as-Samhudi sendiri pernah mencoba tanah kuburannya untuk mengobati demam.
Begitu juga dengan kuburan Hamzah bin Abdul Mutthalib –paman Nabi dan penghulu
para syahid– dimana as-Samhudi menukil ucapan az-Zarkasyi yang menyatakan:
“Tanah makam Hamzah di ambili oleh orang-orang untuk pengobatan”. ( Wafa’
al-Wafa’ jilid 1 hal. 69).
Salah
seorang sahabat Rasulallah saw. yang bernama Abu ‘Amr Sa’ad bin Muadz
al-Anshari yang dalam kitab Siar A’lam an-Nubala jilid 1 halaman 279
disebutkan bahwa kematiannya menyebabkan ‘Arsy goncangkuburan- nya menjadi
salah satu tempat pengambilan berkah. Disebutkan bahwa salah seorang telah mengambil
tanah pekuburannya kemudian membawanya pergi. Setelah lama ternyata berubah
menjadi misik.
(Lihat:
Wafa’ al-Wafa’ karya as-Samhudi jilid 1 halaman 115)
Makam
Umar bin Abdul Aziz salah seorang khalifah dari Bani Umayyah (wafat tahun 101
H) menjadi sasaran pencari berkah. Hal ini sebagaimana yang diceritakan oleh
adz-Dzahabi. (Tadzkirah al-Huffadz jilid 1 hal. 339).
Pusara salah seorang cucu Rasulullah yang bernama Imam Ali bin Musa ar-Ridho
yang uburannya berada di Thus juga menjadi obyek ziarah dan pencarian berkah.
Abu Bakar Muhammad bin Muammal mengatakan:
“Ketika
kami keluar bersama Imam ahli Hadits Abu Bakar bin Khuzaimah beserta ‘Adilah
Abi Ali ats-Tsaqofi yang disertai dengan beberapa orang syeikh kita yang ingin
menziarahi Ali bin Musa ar-Ridho di kota Thus. Beliau mengatakan: ‘Aku melihat
betapa penghormatan, kerendahan dan perendah- an dirinya –yaitu Ibnu Khuzaimah–
terhadap kuburan itu hingga kami heran dibuatnya’ ”. (Tahdzib at-Tahdzib karya
Ibnu Hajar alAsqolani jilid 7 hal. 339)
Abdullah bin al-Haddani yang terbunuh (syahid) pada ‘hari Tarwiyah’ di tahun
183 H juga merupakan salah seorang yang kuburannya menjadi obyek pencarian
berkah kaum muslimin. Mereka mengambil tanah pekuburannya. Tanah itu ibarat
misik yang kemudian mereka taburkan di baju mereka. (Lihat: Hilliyatul Auliya karya
Abu Na’im al-Isbahani jilid: 2 halaman: 258 atau kitab Tahdzib at-Tahdzib karya
Ibnu Hajar al-Asqoilani
jilid:
5 halaman: 310)
Kuburan Ma’ruf al-Karakhi pun termasuk yang dicari berkahnya oleh kaum
muslimin. Ibnu al-Jauzi dalam hal ini menyatakan: “Kuburannya terletak di
Baghdad nampak menonjol dan diambil berkahnya. Ibrahim al-Harbi mengatakan:
‘Kuburan Ma’ruf adalah obat yang mujarab’”. (Lihat: Shofwah al-Shofwah Jilid: 2
Halaman: 324)
Kuburan al-Khidr bin Nashr al-arbali (wafat tahun 567 H) seorang ahli fikih
dari mazhab Syafi’i kuburannya dijadikan tempat pencarian berkah. Ibnu Katsir
dalam menukil ungkapan Ibnu Khalkan mengatakan:
“Kuburannya
diziarahi, dan aku telah menziarahinya lebih dari sekali. Kulihat orang-orang
mengerumuni kuburannya dan mencari berkah darinya”. (Lihat: al-Bidayah wa
an-Nihayah karya Ibnu Katsir jilid: 12 halaman: 353)
Kuburan Nuruddin Mahmud bin Zanki (wafat tahun 569 H) –beliau adalah pejuang
dan penguasa negeri Syam (Lihat: al-Bidayah wa an-Nihayah Jilid: 12 Halaman:
306)- juga termasuk yang dicari berkahnya. Ibnu Katsir dalam hal ini
menyatakan: “Kuburannya berada di Damaskus yang selalu diziarahi, digelayuti
jendelanya, diberi minyak wangi dan dicari berkahnya setiap saat” (Lihat:
al-Bidayah wa an-Nihayah Jilid: 12 Halaman: 353)
Kuburan Imam al-Bukhari (pemilik kitab Shohih) pun tidak luput dari pencari
berkah dari kaum muslimin. AsSubki dalam menjelaskan wafat beliau, menyatakan:
“Adapun tentang tanah (kuburan), mereka telah meninggikan tanah kuburannya
sehingga nampak menonjol. Sampai-sampai para penjaga tidak mampu menjaga
kuburan tersebut. Kami telah melupakan diri kami sendiri, lantas kami menyerbu
kuburan tersebut bersama-sama. Hingga sulit bagi kami untuk sampai kekuburan
tersebut.” (Lihat: Thobaqoot as-Syafi’iyah jilid: 2 halaman: 233 atau kitab
Siar A’lam an-Nubala karya adz-Dzahabi jilid: 12 halaman: 467)
Dan
masih banyak lagi kuburan lain yang menjadi pusat ziarah mau pun pencarian
berkah yang terdapat di berbagai negara seperti; Irak, Syiria, Mesir, Pakistan,
Yordania, Yaman, Iran, Indonesia, Malaysia, Singapore dan negara-negara
lainnya. Kuburan-kuburan itu adalah pusara-pusara para kekasih Ilahi yang
diperbolehkan bagi setiap muslim untuk menziarahinya dan mencari berkah
darinya, berdasarkan syariat Islam yang diajarkan oleh Rasulallah melalui
sahabat-sahabat mulia beliau, yang menjadi sandaran kesepakatan ulama Ahlusunnah
dalam memberikan fatwa legalitas bertabarruk.
(bersambung ke bagian 14 )
sumber: everyoneweb.com/tabarruk/
Posting Komentar
Posting Komentar