Menu

TQN PP.Suryalaya

 

Kunjungan Syeikh Nazim Haqqani ke Suryalaya menemui Abah Anom, tahun 2001
(FOTO: Kunjungan Syeikh Nazim Haqqani ke Suryalaya menemui  Pangersa Abah Anom, tahun 2001)
Bismillah hirRohman nirRohim
Suatu ketika seorang anak muda datang kepada Syaikh, “Maulana, Saya bingung berilah saya rasa damai. Beberapa waktu yang lalu, saya jatuh cinta kepada seorang gadis, dan kami sempat memutuskan untuk menikah. Tetapi di lain pihak, dia menemukan pria lain yang dia suka dan malah akhirnya merekalah yang menikah! Saya sangat menderita akibat hal ini, tak tahan rasa sakitnya.” Lalu Syaikh menjawab, “Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Temui gadis lain dan nikahi dia.”

Si anak muda menjawab, “Usul yang baik, Syaikh! Tetapi pikiran saya selalu terbersit oleh kenangan akan gadis itu dan jikalau saya mencoba jutaan kali, saya tidak bisa melupakannya.” Syaikh bertanya, “Mengapa kamu sampai mengingatnya seperti demikian?” Anak muda itu menjawab, “Sebenarnya bukan saya sengaja melakukannya, tetapi selalu saja hal itu datang ke
ingatanku Syaikh.  Selalu saja bayangannya melewati nuansa pikiranku ini."

Nah bukankah hal tersebut sangat luar biasa? Si anak muda tidaklah sampai menyembah gadis itu; tidak pernah menerima formulasi wirid dari gadis itu yang memuat nama-nama atribut sang gadis. Inilah konsekuensi dari Cinta dan kebersamaan. Ketika meletakkan seseorang di qalbu dengan rasa cinta (mahabbah), kita tidak akan mampu untuk menghilangkannya. Inilah buahnya muraqaba. Lalu mengapa kita tidak melakukan hal tersebut terhadap Syaikh atau guru kita? Sang Syaikh hanya memerlukan satu kali untuk memasuki qalbu dan pikiran kita, lalu akan terus bersemayam di dalamnya terutama setelah mahabbah, kita pun berkonjugasi dengannya.

Jangan berpikir bahwa para Sufi dapat menerima pandangan yang mengatakan bahwa Sufisme bertentangan dengan syari’at? Ini tidak pernah menjadi masalah, dan tidak akan menjadi masalah. Dari Rasulullah saw, Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq ra, Sayyidina ‘Ali ra dan seluruh guru Sufi, semuanya menghormati dan menjaga syari’at sepenuhnya. Yang kami maksud adalah guru Sufi sejati, bukan anak-anak yang memproklamirkan dirinya sebagai guru Sufi dan membawa seluruh khuza’balat, ide-ide bodoh dan omong kosong diberikan kepada sufisme. Apakah Sufisme seperti ini? Sufisme berarti bahwa kalian tidak mengangkat kepalamu dari posisi sujud.


Wa min Allah at Tawfiq

Sumber : 
Mawlana Syaikh Nazim Adil al-Haqqani an-Naqshbandi 
milis muhibbun_naqsybandi@yahoogroups.com
posted by Arief Hamdani

Posting Komentar

 
Top