(sambungan dari bagian Ke-40) | AJARAN KEEMPATPULUH
SATU | SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Akan kami paparkan bagimu sebuah misal tentang kelimpahan, dan kami berkata,
"Tidakkah kau lihat seorang raja yang menjadikan seorang biasa sebagai
gubernur kota tertentu, memberinya pakaian kehormatan, bendera, panji-panji dan
tentara, sehingga ia merasa aman mulai yakin bahwa hal itu akan kekal, bangga
dengannya, dan lupa akan keadaan sebelumnya. Ia terseret oleh kebanggaan,
kesombongan, dan kesia-siaan. Maka, datanglah perintah pemecatan dari raja. Dan
sang raja meminta penjelasan atas kejahatan-kejahatan yang telah dilakukannya
dan pelanggarannya atas perintah dan larangannya. Lalu sang raja
memenjarakannya di dalam sebuah penjara yang sempit dan gelap serta memperlama
pemenjaraannya, dan orang itu terus menderita, terhina dan sengsara, akibat
ketakabburan dan kesia-siaannya, dirinya hancur, api kehendaknya padam, dan
semua ini terjadi di depan mata sang raja dan diketahuinya. Setelah itu ia
menjadi kasihan terhadap orang itu, dan memerintahkan agar ia dibebaskan dari
penjara, disertai kelembutan terhadapnya, dianugerahkan kembali pakaian
kehormatan, dan dijadikannya kembali ia sebagai gubernur. Ia menganugerahkan
semua ini kepada orang itu sebagai karunia. Kemudian ia menjadi teguh, bersih,
berkecukupan dan terahmati.
Beginilah keadaan seorang beriman yang didekatkan dan dipilih-Nya.
Ia bukakan di hadapan mata hatinya pintu-pintu kasih-sayang, kemurahan dan
pahala. Maka, ia melihat dengan hatinya yang mata tidak pernah melihat, yang
telinga tidak pernah mendengar, yang hati manusia tidak tau akan hal-hal ghaib
dari kerajaan langit dan bumi, akan kedekatan dengan-Nya, akan kata manis,
janji menyenangkan, limpahan kasih-sayang, akan diterimanya doa dan kebajikan,
dan akan dipenuhinya janji serta kata-kata bijak bagi hatinya, yang menyatakan
sendiri melalui lidahnya, dan dengan semua ini Ia sempurnakan bagi orang ini
karunia-karunia-Nya pada tubuhnya, yang berupa makanan, minuman, pakaian,
isteri yang halal, hal-hal lain yang halal dan pemerhati terhadap hukum dan
tindak pengabdian. Lalu, Allah memelihara keadaan ini bagi hamba beriman-Nya
yang didekatkan kepada-Nya sampai sang hamba beriman-Nya yang didekatkan
kepada-Nya sampai sang hamba merasa aman di dalamnya, terkecoh olehnya dan
percaya bahwa hal itu kekal. Maka, Allah membukakan baginya pintu-pintu musibah,
aneka kesulitan hidup, harta, isteri, anak, dan mencabut darinya segala karunia
yang telah dilimpahkan-Nya kepadanya sebelum ini, sehingga ia terkulai, hancur
dan terputus dari masyarakatnya.
Bila ia melihat keadaan-keadaan lahiriahnya, maka ia melihat hal-hal yang buruk
baginya. Bila ia melihat hati dan jiwanya, maka ia melihat hal-hal yang
menyedihkannya. Jika ia memohon kepada Allah untuk menjauhkan kesulitannya,
maka permohonannya itu tidak diterima. Jika ia memohon janji baik, ia tidak
segera mendapatkannya. Jika ia berjanji, ia tidak tau tentang pemenuhannya.
Bila ia bermimpi, ia tidak bisa menafsirkannya dan tidak tau tentang
kebenarannya. Bila ia bermaksud kembali kepada manusia, ia tidak mendapatkan
sarana untuk itu. Bila ada sesuatu pilihan baginya dan ia bertindak berdasarkan
pilihan itu, maka ia segera tersiksa, tangan-tangan orang memegang tubuhnya,
dan lidah-lidah mereka menyerang kehormatannya.
Bila ia hendak melepaskan dirinya dari keadaan ini, dan kembali kepada keadaan
sebelumnya, ia gagal. Bila ia memohon agar dikaruniakan pengabdian,
ketercerahan dan kebahagiaan di tengah-tengah musibah yang dialaminya,
permohonannya itu pun tidak diterima.
Maka, dirinya mulai meleleh, hawa nafsunya mulai sirna, maksud-maksud serta
kerinduan-kerinduannya mulai pupus, dan kemaujudan segala suatu menjadi tiada.
Keadaannya ini diperpanjang dan kian hebat, hingga sang hamba berlalu dari
sifat-sifat manusia. Tinggallah ia sebagai ruh. Ia mendengar panggilan jiwa
kepadanya:"Hentakanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan
minum." (QS 38:42)
Sebagaimana panggilan kepada Nabi Ayub as. Lalu Allah mengalirkan samudera
kasih-sayang dan kelembutan-Nya ke dalam hatinya, menggelorakannya dengan
kebahagiaan, aroma harum pengetahuan tentang hakikat dan ketinggian
pengetahuan-Nya, membukakan baginya pintu-pintu nikmat dalam segala keadaan
hidup, membuat para raja mengabdi kepadanya, menyempurnakan baginya
nikmat-nikmat-Nya lahiriah dan rohaniah, menyempurnakan lahiriahnya melalui
makhluk dan rahmat-rahmat lain-Nya, menyempurnakan rohaninya dengan kelembutan
dan karunia-Nya, dan membuat keadaan ini berkesinambungan baginya, hingga ia
menghadap-Nya. Kemudian Ia memasukkannya ke dalam yang mata tidak pernah
melihat, yang telinga tidak pernah mendengar dan yang tidak pernah tersirat
dalam hati manusia, sebagaimana firman-Nya:
"Tiada jiwa yang tau yang disembunyikan bagi mereka, yang akan mengenakkan
mata mereka, balasan bagi yang telah mereka perbuat." (QS 32:17)
INSYA
ALLAH BERSAMBUNG KE BAGIAN KE-42
Posting Komentar
Posting Komentar