Ditulis oleh : Dian Rachmikawati
Awal ijazah sholawat Bani Hasyim mengandung kisah luar biasa. Diceritakan waktu itu, Abah sepuh (Syeikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad ra, ayahanda Abah Anom ra.) mendapat tugas dari gurunya Mama Agung Syeikh Tolhah Kalisapu Cirebon untuk bertabaruk belajar sholawat Bani Hasyim kepada ahlinya yaitu Syeikh Kholil Bangkalan Madura. Abah Sepuh harus berjalan kaki dari Cirebon ke Madura bersama 11 orang murid-murid Syeikh Tolhah lainnya. Jadi semuanya berjumlah 12 orang.
Awal ijazah sholawat Bani Hasyim mengandung kisah luar biasa. Diceritakan waktu itu, Abah sepuh (Syeikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad ra, ayahanda Abah Anom ra.) mendapat tugas dari gurunya Mama Agung Syeikh Tolhah Kalisapu Cirebon untuk bertabaruk belajar sholawat Bani Hasyim kepada ahlinya yaitu Syeikh Kholil Bangkalan Madura. Abah Sepuh harus berjalan kaki dari Cirebon ke Madura bersama 11 orang murid-murid Syeikh Tolhah lainnya. Jadi semuanya berjumlah 12 orang.
Singkat cerita,sampailah mereka ke Alas Roban (hutan yang sangat lebat berada
antara Pekalongan dan Kendal),waktunya bertepatan saat Maghrib. Ke 12 orang itu
semua memasuki masjid yang saat itu ada orang tua yang sudah berdiri menjadi
imam. Orangtua itu lantas membaca niat dengan bacaan,"Usholli fardhu
maghribi,pitik ireng, pitik putih, wedus gembel,menda, kebo, pada melebu kabeh.
Maring kandenge,Allohu Akbar" (Niat saya sholat maghrib,ayam hitam,ayam
putih,kambing, domba,kerbau semua masuk kandang masing-masing,Allohu Akbar).
Spontan, seluruh rombongan kecuali Abah Sepuh membubarkan diri dari barisan
jama'ah sholat maghrib begitu mendengar imam membacakan hal itu dan setelah
seorang demi seorang mereka kembali lagi ke Cirebon. Lain halnya dengan Abah
Sepuh,begitu selesai sholat, imam menoleh kepada Abah Sepuh yang tinggal
seorang diri. Selanjutnya imam berkata sambil tersenyum,"Oh memang
koyongono angger wong nganggo otak. Sampeyan Insya Alloh berhasil."
(Begitulah orang yang menggunakan otak, memakai metode. Syetan berfikir
dihadapan Alloh sewaktu diperintah sujud). Kenapa Abah Sepuh tetap bermakmum? Sebab, Beliau cerdas dan mengetahui sekalipun
imam mengucapkan seperti itu,sholat tetap sah sebab ucapan tersebut dilakukan
di luar sholat.
Sampai di Bangkalan (hanya seorang diri) langsung diijazah Sholawat Bani Hasyim
oleh Syeikh Kholil Bangkalan (Madura). Saat pulang, Beliau diantar ke tepi
pantai dan disediakan perahu yang hanya muat untuk seorang diri. Beliau
mencari-cari pendayung tetapi tidak menemukan bahkan dayungnya pun tidak pula ditemukan . Akhirnya dengan penuh keyakinan, Beliau niat membaca Bani Hasyim. Subhanalloh,tiba-tiba perahu bergetar dan mulai bergerak-gerak saat mulai
dibaca,"Allohumma..dst," ibarat perahu boat dinyalakan mesinnya kalau
zaman sekarang. Abah Sepuh berfikir,pastilah sholawat Bani Hasyim dayungnya.
Begitu selesai pembacaan shalawat Bani Hasyim, tiba-tiba perahu melesat ke arah
barat hingga sampai ke Cirebon. Di pantai Cirebon, Mama Guru Agung menyambut
murid terbaiknya yang telah berhasil menjalankan tugasnya.
(Sumber:
K.H.Drs.Otong Sidiq Djajawisastra, Wakil Talqin TQN PP.Suryalaya, Pakar Sejarah.
Tinggal di Banjarsari,Kab.Ciamis).
Dari
status Dian Rachmikawati di Facebook Pemuda TQN Suryalaya News.
Posting Komentar
Posting Komentar