Penyucian Jiwa dilakukan untuk mencapai sifat-sifat Ilahi dan menggapai alam zat. Untuk mencapainya, dibutuhkan pendidikan yang akan membimbing manusia dalam proses pembersihan cermin qolbu (hati) dari citra hewani dan manusiawi dengan menyebut nama-nama Ilahi. Karenanya, dzikirullah merupakan kunci pembuka mata hati (qolbu).
Hanya jika mata itu terbuka, seseorang dapat melihat sifat-sifat sejati Allah S.W.T. Selanjutnya ia dapat melihat pantulan rahmat, karunia, keindahan, dan kebaikan Ilahi pada mata hati (qolbu) yang telah disucikan. Rasulullah s.a.w. bersabda,"Mukmin adalah cermin bagi mukmin yang lain."
Beliau s.a.w. juga bersabda,"Orang yang berilmu membuat citra-citra, sedangkan orang yang bijak membersihkan cermin hati (qolbu) tempat kebenaran dipantulkan."
Ketika mata hati disucikan dengan terus-terusan (istiqomah) berdzikir menyebut nama ALLAH, ia akan meraih ilmu mengenai sifat-sifat Ilahi. Penyaksian ini hanya mungkin terjadi di dalam cermin hati (qolbu).
Penyucian (tazkiyah) yang bertujuan untuk mencapai zat Ilahi dilakukan dengan terus menerus mengingat dan menyebutkan kalimah syahadah (persaksian). Dalam kalimat tersebut ada tiga nama YANG ESA, yakni tiga terakhir dari dua belas nama Ilahi, yaitu:
LAA ILAHA ILLALLAH- Tidak ada tuhan selain ALLAH.
ALLAH - Nama yang layak bagi Tuhan
HU - ALLAH yang bertransenden (Maha Ghaib)
HAQQ - Yang Maha Benar
HAYY - Yang Maha Hidup
QAYYUM - Yang Maha Mandiri
QAHHAR- Yang Maha Menaklukkan
FATTAH - Yang Maha Membuka
WAHID - Yang Maha Esa
SHAMAD -- Yang Maha Memenuhi Segala kebutuhan
Semua nama ini harus dilafalkan bukan hanya oleh lisan, melainkan juga oleh qolbu. Hanya setelah itulah mata hati (qolbu) akan melihat cahaya hakikat. Ketika cahaya suci zat Ilahi telah tampak, semua sifat jasmani menghilang dan segala sesuatu sirna. Inilah maqam fana - sirnanya segala sesuatu. Tampilan cahaya Ilahi menyirnakan semua cahaya lainnya.
Segala sesuatu akan binasa kecuali DIA. (QS. Al-Qashash ayat 88)
ALLAH menghapuskan apa yang DIA kehendaki dan menetapkan (apa yang DIA Kehendak), dan di sisiNYA-lah Ummul Kitab (Lauhil Mahfuzh). (QS.Ar-Ra'd ayat 39)
Ketika semuanya sirna, yang ada secara kekal adalah ruh suci. Ia melihat dengan cahaya ALLAH. Ia melihat-NYA, DIA melihatnya. Ia melihat melaluiNYA, ia melihat di dalam zatNYA, ia melihat untukNYA. Tak ada citra, tak ada keserupaan dalam melihatNYA,
TAK ADA YANG MENYERUPAINYA dan DIA MAHA MENDENGAR lagi MAHA MELIHAT (QS. As-Syura ayat 11)
Setelah fana, yang ada hanyalah cahaya yang murni dan mutlak. Tak ada apapun yang dapat diketahui. Itulah maqam fana. tak ada lagi fikiran untuk menyampaikan berita apapun. Rasulullah s.a.w. menjelaskan keadaan ini dengan sabdanya:
"Suatu ketika aku pernah berada sangat dekat keada ALLAH sehingga tak seorangpun, baik malaikat, rasul atau nabi, yang menjadi penghalang antara kami."
Itulah maqam kesendirian yakni ketika seseorang telah mengucilkan dirinya dari segala sesuatu kecuali ALLAH. Itulah maqam kebersatuan, seperti yang ALLAH perintahkan dalam sebuah hadst qudsi :
"Menyendirilah dari semua dan temukanlah kebersatuan."
Kesendirian itu dimulai dengan sirnanya segala duniawi. Setelah itu, kau akan memperoleh sifat-sifat Ilahi. Itulah makna sabda Baginda Rasulllah s.a.w.:
"Hiasi dirimu dengan sifat ALLAH."
"SUCIKANLAH DIRIMU, BENAMKANLAH DIRIMU DALAM SIFAT-SIFAT ALLAH."
Posting Komentar
Posting Komentar