Disamping
itu, banyak pendapat yang memberikan makna akhlak dalam beberapa pengertian.
Ada yang mengartikan sebagai keberadaan seseorang yang dekat dengan manusia dan
disertai keterasingannya dengan hal-hal yang berlaku di tengah-tengah kehidupan
mereka. Ada juga yang mengartikan sebagai penerimaan sesuatu yang mendatangi
dari kesia-siaan makhluk dan kepastian Al-Haqq, tanpa merasa jemu dan gelisah.
Abu
Dzar Al-Ghifari datang ke kolam hendak mengambil air untuk air minum untanya.
Akan tetapi sebagian pengambil air yang lain menyerobotnya dengan kasar. Abu
Dzar hanya bisa memandang , lalu duduk kemudian berbaring. Seseorang yang
melihatnya heran dan bertanya, kemudian dijawab, "Sesungguhnya RasuluLloh
SAWW memerintahkan kita jika seseorang marah, maka hendaknya ia duduk. Jika
dengan duduk tidak juga hilang, maka hendaklah ia berbaring".
Disebutkan
di dalam kitab injil, "Hamba-Ku, ingatlah Aku ketika engkau marah, maka
Aku akan mengingatmu ketika Aku marah".
Luqman
bertanya kepada anaknya," Tidak akan diketahui tiga hal kecuali dalam tiga
hal : Kasihan ketika marah, keberanian ketika dalam perang, persaudaraan ketika
dibutuhkan". Nabi Musa AS pernah mengadu kepada Alloh SWT, "Tuhan
saya memohon kepada Engkau untuk mengatakan kepadaku apa yang tidak ada pada
diriku". Alloh mewahyukan kepadanya, "Engkau tidak melakukan demikian
untuk-Ku, maka bagaimana Saya memperlakukanmu ?"
Yahya
bin Ziad Al-Haritsi memilki seorang pelayan yang sangat buruk akhlaknya.
Tetangganya heran lalu menanyakan kepadanya, "Mengapa engkau pertahankan
pelayan itu,"
"Supaya
saya bisa mengajarinya sifat asih," Jawabnya.
Firman
Alloh SWT :
واصبغ عليكم نعمه ظاهراوباطنا
"dan
menyempurnakan untukmu nikmat-Nya yang lahir maupun yang bathin".
Dalam
ayat ini terkandung pengertian bahwa nikmat lahir adalah kelurusan akhlak,
sedangkan nikmat bathin adalah kejernihan budi pekerti. Al Fudhail bin Iyadh
mengatakan, "berkawan dengan orang durhaka yang berakhlak baik lebih saya
sukai daripada berkawan dengan orang ahli ibadah yang berakhlak buruk".
Dikatakan bahwa akhlak yang baik adalah kemampuan memikul sesuatu yang dibenci
dengan menggantinya dengan kebaikan yang ia tebarkan.
Diriwayatkan
bahwa Ibrahim bin Adham keluar melewati segerombolan tentara. Seseorang dari
mereka menemuinya dan berkata, "Dimana tempat hiburan ?" Ibrahim
menunjuk ke arah kuburan. Wajah tentara itu memerah. Dia tersinggung dan
langsung memukul kepada Ibrahim. Setelah dia pergi, seseorang memberitahukan
tentara itu bahwa yang dipukulnya adalah Ibrahim bin Adham seorang ulama sufi
yang zuhud yang berasal dari khurasan. Tentara itu terkejut dan ia menyesali
perbuatannya dan langsung pergi menyusul Ibrahim.
"Tuan
maafkanlah saya, saya menyesal telah memukul tuan"
"Ketika
engkau memukul saya." Kata Ibrahim, "Saya memohonkan kepada Alloh
surga untukmu".
"Mengapa
?"
"Saya
tahu bahwa saya memasukkan perangkap terhadapmu. Saya tidak ingin mendapatkan
bagianku yang baik darimu dan bagianmu yang buruk dariku".
Bersambung ke bagian ke-4~
Sumber: manakib.wordpress.com
Posting Komentar
Posting Komentar