Menu

TQN PP.Suryalaya

 


Disamping itu, banyak pendapat yang memberikan makna akhlak dalam beberapa pengertian. Ada yang mengartikan sebagai keberadaan seseorang yang dekat dengan manusia dan disertai keterasingannya dengan hal-hal yang berlaku di tengah-tengah kehidupan mereka. Ada juga yang mengartikan sebagai penerimaan sesuatu yang mendatangi dari kesia-siaan makhluk dan kepastian Al-Haqq, tanpa merasa jemu dan gelisah.
 
    Abu Dzar Al-Ghifari datang ke kolam hendak mengambil air untuk air minum untanya. Akan tetapi sebagian pengambil air yang lain menyerobotnya dengan kasar. Abu Dzar hanya bisa memandang , lalu duduk kemudian berbaring. Seseorang yang melihatnya heran dan bertanya, kemudian dijawab, "Sesungguhnya RasuluLloh SAWW memerintahkan kita jika seseorang marah, maka hendaknya ia duduk. Jika dengan duduk tidak juga hilang, maka hendaklah ia berbaring". 

    Disebutkan di dalam kitab injil, "Hamba-Ku, ingatlah Aku ketika engkau marah, maka Aku akan mengingatmu ketika Aku marah".
    Luqman bertanya kepada anaknya," Tidak akan diketahui tiga hal kecuali dalam tiga hal : Kasihan ketika marah, keberanian ketika dalam perang, persaudaraan ketika dibutuhkan". Nabi Musa AS pernah mengadu kepada Alloh SWT, "Tuhan saya memohon kepada Engkau untuk mengatakan kepadaku apa yang tidak ada pada diriku". Alloh mewahyukan kepadanya, "Engkau tidak melakukan demikian untuk-Ku, maka bagaimana Saya memperlakukanmu ?"

    Yahya bin Ziad Al-Haritsi memilki seorang pelayan yang sangat buruk akhlaknya. Tetangganya heran lalu menanyakan kepadanya, "Mengapa engkau pertahankan pelayan itu,"
    "Supaya saya bisa mengajarinya sifat asih," Jawabnya.

    Firman Alloh SWT :
    واصبغ عليكم نعمه ظاهراوباطنا 
    "dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya yang lahir maupun yang bathin".
    Dalam ayat ini terkandung pengertian bahwa nikmat lahir adalah kelurusan akhlak, sedangkan nikmat bathin adalah kejernihan budi pekerti. Al Fudhail bin Iyadh mengatakan, "berkawan dengan orang durhaka yang berakhlak baik lebih saya sukai daripada berkawan dengan orang ahli ibadah yang berakhlak buruk". Dikatakan bahwa akhlak yang baik adalah kemampuan memikul sesuatu yang dibenci dengan menggantinya dengan kebaikan yang ia tebarkan.

    Diriwayatkan bahwa Ibrahim bin Adham keluar melewati segerombolan tentara. Seseorang dari mereka menemuinya dan berkata, "Dimana tempat hiburan ?" Ibrahim menunjuk ke arah kuburan. Wajah tentara itu memerah. Dia tersinggung dan langsung memukul kepada Ibrahim. Setelah dia pergi, seseorang memberitahukan tentara itu bahwa yang dipukulnya adalah Ibrahim bin Adham seorang ulama sufi yang zuhud yang berasal dari khurasan. Tentara itu terkejut dan ia menyesali perbuatannya dan langsung pergi menyusul Ibrahim.
    "Tuan maafkanlah saya, saya menyesal telah memukul tuan"
    "Ketika engkau memukul saya." Kata Ibrahim, "Saya memohonkan kepada Alloh surga untukmu".
    "Mengapa ?"

    "Saya tahu bahwa saya memasukkan perangkap terhadapmu. Saya tidak ingin mendapatkan bagianku yang baik darimu dan bagianmu yang buruk dariku".


Bersambung ke bagian ke-4~

Sumber: manakib.wordpress.com

Posting Komentar

 
Top