Menu

TQN PP.Suryalaya

 


Diceritakan bahwa Said bin Ismail Al-Hirri diundang seorang laki-laki untuk jamuan makan. Ketika sampai di depan pintu rumahnya, lelaki itu berkata, "Wahai Ustaz, bukan sekarang waktunya. Saya menyesal tidak bisa mengabarimu terlebih dahulu".
    Abu Said pulang, dan sebentar kemudian kembali lagi. Ketika tiba didepan pintu, tuan rumah buru-buru keluar sambil menyapa,"Maaf Ustaz, undangan belum dimulai. Saya menyesal belum sempat mengabari ustadz. Datanglah sejam kemudian".
    Abu Said berdiri mohon pamit kemudian pergi. Pada saat yang dijanjikan tiba, dia berangkat dan ketika sampai di depan pintu, ia memperoleh jawaban yang sama sepeti semula. Dia pulang, datang lagi dan kembali pulang sampai beberapa kali. Lelaki itu kagum menyaksikan ketabahan Abu Said. Dia menyesali sikapnya kepada Abu Said.
    "Wahai Ustadz, saya hanya ingin mengujimu," Kata lelaki itu seraya menyambutnya dengan rasa hormat.
    "Jangan kau memujiku atas dasar perilakuku yang kau temukan seperti anjing. Anjing jika dipanggil dia datang, dan jika dicegah dia pergi." Abu Said kemudian pergi seolah tidak terjadi apa-apa.

    Abu Said ketika melewati sebuah gang besar, seseorang menumpahkan abu kotor dari balkon rumahnya. Teman-temannya yang melihatnya marah. Mereka mencaci maki orang yang melempar abu yang kotor tadi.
    "Janganlah kalian mengatakan sesuatu. Barang siapa yang patut mendapat siksaan neraka, lalu menerima lemparan abu itu dengan baik, maka baginya tidak boleh marah". Katanya.

    Dikatakan bahwa ada seorang fakir yang singgah di rumah Ja'far bin Hanzalah. Ja'far melayaninya dengan baik. Orang fakir itu berkata,"Sebaik lelaki adalah engkau jika saja engkau bukan orang yahudi".
    "Aqidahku tidak akan menodai apa yang engkau butuhkan untuk dilayani. Mintalah kesembuhan pada dirimu sendiri, sedang diriku butuh hidayah".

    Diceritakan bahwa AbduLlah seorang penjahit, menerima jahitan dari seorang Majusi. Setelah selesai, orang majusi tersebut membayarnya dengan uang palsu dan AbduLlah menerimanya. Bertepatan dia hendak keluar karena suatu urusan, majusi tadi datang lagi untuk membayar ongkos jahitan yang kesekian kalinya. Murid AbduLlah yang menerimanya mengetahui bahwa yang diterimanya itu adalah uang palsu maka dia menolaknya. Bahkan orang majusi itu diserahkan kepada seorang peneliti uang. Beberapa saat kemudian AbduLlah datang dan bertanya kepada muridnya, "Mana baju majusi itu ?"
    Murid itu menceritakan kepada sang guru apa yang telah terjadi. Tentang kebohongannya, kepalsuannya, penolakannya, dan tindakannya kepada majusi itu.
    "Buruk sekali apa yang telah engkau lakukan !. sudah berapa kali dia memperlakukan saya seperti itu, dan saya sabar menerimanya. Uang palsu itu saya lemparkan ke sumur agar tidak menumbulkan bahaya kepada orang lain." Tegur AbduLlah.

   Akhlak yang buruk menyempitkan hati pemiliknya karena tidak memperluaskan tempat selain yang dikehendaknya sebagaimana tempat yang sempit yang tidak tidak memberi keleluasaan selain pemiliknya. Akhlak yang baik tidak akan menjadikan engkau berubah sebab karena seseorang yang berdiri di shaf di sampingmu. Sedangkan keburukan akhlak terdapat pada kejatuhan pandanganmu pada keburukan akhalak terhadap selainmu. RasuluLloh SAWW pernah ditanya tentang kesialan lalu dijawab," Keburukan akhlak".
    Abu Hurairah RA menceritakan, "Seorang sahabat bertanya"
    "Ya RasuluLloh, mohonkanlah kepada Alloh agar kita dapat menghancurkan orang-orang musyrik." Beliau menjawab, "Saya diutus untuk menebarkan kasih sayang, bukan siksaan".


AKhlak yang baik dbentuk dengan ilmu yang dilandasi tafakkur dan dzikirulloh. Barang siapa berakhlak baik karena ingin pujian makhluk baginya balasan di dunia, barang siapa yang berakhlak baik untuk memohon ridho Alloh baginya balasan di dunia dan akhirat kelak. 
Semoga Alloh menjaga kita dari akhlak buruk yang dapat menyengsarakan.... aamiin

Sumber: manakib.wordpress.com

Posting Komentar

 
Top