Diceritakan
bahwa Said bin Ismail Al-Hirri diundang seorang laki-laki untuk jamuan makan.
Ketika sampai di depan pintu rumahnya, lelaki itu berkata, "Wahai Ustaz,
bukan sekarang waktunya. Saya menyesal tidak bisa mengabarimu terlebih
dahulu".
Abu
Said pulang, dan sebentar kemudian kembali lagi. Ketika tiba didepan pintu,
tuan rumah buru-buru keluar sambil menyapa,"Maaf Ustaz, undangan belum
dimulai. Saya menyesal belum sempat mengabari ustadz. Datanglah sejam
kemudian".
Abu
Said berdiri mohon pamit kemudian pergi. Pada saat yang dijanjikan tiba, dia
berangkat dan ketika sampai di depan pintu, ia memperoleh jawaban yang sama
sepeti semula. Dia pulang, datang lagi dan kembali pulang sampai beberapa kali.
Lelaki itu kagum menyaksikan ketabahan Abu Said. Dia menyesali sikapnya kepada Abu Said.
"Wahai
Ustadz, saya hanya ingin mengujimu," Kata lelaki itu seraya menyambutnya
dengan rasa hormat.
"Jangan
kau memujiku atas dasar perilakuku yang kau temukan seperti anjing. Anjing jika
dipanggil dia datang, dan jika dicegah dia pergi." Abu Said kemudian pergi
seolah tidak terjadi apa-apa.
Abu
Said ketika melewati sebuah gang besar, seseorang menumpahkan abu kotor dari
balkon rumahnya. Teman-temannya yang melihatnya marah. Mereka mencaci maki
orang yang melempar abu yang kotor tadi.
"Janganlah
kalian mengatakan sesuatu. Barang siapa yang patut mendapat siksaan neraka,
lalu menerima lemparan abu itu dengan baik, maka baginya tidak boleh marah".
Katanya.
Dikatakan
bahwa ada seorang fakir yang singgah di rumah Ja'far bin Hanzalah. Ja'far
melayaninya dengan baik. Orang fakir itu berkata,"Sebaik lelaki adalah
engkau jika saja engkau bukan orang yahudi".
"Aqidahku
tidak akan menodai apa yang engkau butuhkan untuk dilayani. Mintalah kesembuhan
pada dirimu sendiri, sedang diriku butuh hidayah".
Diceritakan
bahwa AbduLlah seorang penjahit, menerima jahitan dari seorang Majusi.
Setelah selesai, orang majusi tersebut membayarnya dengan uang palsu dan
AbduLlah menerimanya. Bertepatan dia hendak keluar karena suatu urusan, majusi
tadi datang lagi untuk membayar ongkos jahitan yang kesekian kalinya. Murid
AbduLlah yang menerimanya mengetahui bahwa yang diterimanya itu adalah uang
palsu maka dia menolaknya. Bahkan orang majusi itu diserahkan kepada seorang
peneliti uang. Beberapa saat kemudian AbduLlah datang dan bertanya kepada
muridnya, "Mana baju majusi itu ?"
Murid
itu menceritakan kepada sang guru apa yang telah terjadi. Tentang kebohongannya,
kepalsuannya, penolakannya, dan tindakannya kepada majusi itu.
"Buruk
sekali apa yang telah engkau lakukan !. sudah berapa kali dia memperlakukan
saya seperti itu, dan saya sabar menerimanya. Uang palsu itu saya lemparkan ke
sumur agar tidak menumbulkan bahaya kepada orang lain." Tegur AbduLlah.
Abu
Hurairah RA menceritakan, "Seorang sahabat bertanya"
"Ya
RasuluLloh, mohonkanlah kepada Alloh agar kita dapat menghancurkan orang-orang
musyrik." Beliau menjawab, "Saya diutus untuk menebarkan kasih sayang,
bukan siksaan".
AKhlak yang baik dbentuk dengan ilmu yang dilandasi tafakkur dan dzikirulloh. Barang siapa berakhlak baik karena ingin pujian makhluk baginya balasan di dunia, barang siapa yang berakhlak baik untuk memohon ridho Alloh baginya balasan di dunia dan akhirat kelak.
Semoga Alloh menjaga kita dari akhlak buruk yang dapat menyengsarakan.... aamiin
Sumber: manakib.wordpress.com
Posting Komentar
Posting Komentar