Alloh
SWT berfirman :
وانك لعللى خلق عظيم
Dan
sesungguhnya Engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung" (Al-Qalam 4)
Dari
Anas bin Malik diriwayatkan tentang makna "yang paling baik
akhlaknya" ditanyakan kepada Nabi SAWW, "Ya rasululLoh, siapakah
orang mukmin yang paling utama imannya ?"
Jawab
beliau, "yang paling baik akhlaknya".
Syaikh
Abu Ali Ad-Daqaq berkata, "Akhlak yang baik adalah perjalanan hamba yang
paling utama. Dengan akhlak yang baik maka cahaya sikap kesatrianya akan
Nampak. Manusia yang tertutup (mastur) dari makhluk akan tersingkap
akhlaknya".
Ustadz
Abu Ali Ad-Daqaq berkata, "Sesungguhnya Alloh mengkhususkan Nabi-Nya
dengan apa-apa yang memang hanya dikhususkan untuknya. Dia tidak memujinya
dengan sesuatu dari sifat-sifatnya seperti yang dipujikan oleh makhluk-Nya.
Alloh menegaskan : fainnaka la'alla khuluqin adim.
"Dan
sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung". Sedangkan
menurut tafsiran Muhammad Al-Washiti, ayat tersebut bermakna Tuhan mensifati
Nabi Muhammad SAWW dengan akhlak yang agung karena beliau adalah manusia
terbaik diantara penduduk alam dan cukup dengan pujian Alloh. Dia juga
mengatakan, bahwa akhlak yang agung adalah ketiadaan orang yang membantah dan
dibantah karena pengetahuannya yang begitu mendalam mengenai Alloh. Makna
akhlak yang mulia menurut Husin bin Mansur adalah ketiadaan buih (kesia-siaan)
bekas makhluk dalam diri seseorang setelah pencapaian penglihatan pada Al Haqq.
Sedangkan menurut Ahmad bin Isa Al Kharaz adalah ketiadaan keinginan atau
cita-cita selain yang ditujukan kepada Alloh.
Menurut
Muhammad Al-Kattani akhlak tercermin dalam sikap sufi. Artinya tasawuf adalah
akhlak yang menjadi bekal dalam kebersamaanmu dengan Alloh.
Fudhail
bin Iyadh berkata, "Seandainya seorang hamba memperbaiki semua kebaikannya
sementara dia mempunyai seekor ayam lalu memperlakukannya dengan tidak baik,
maka dia bukanlah seorang yang berakhlak.
Dikatakan
bahwa Ibnu Umar RA jika melihat salah seorang budaknya yang memperbaiki
salatnya maka dia memerdekakannya. Akhlaknya yang demikian itu sempat diketahui
oleh budak-budak yang lain, maka mereka memperbaiki salatnya dengan
menampak-nampakannya di hadapan Ibnu Umar dan Ibnu Umar memerdekakan mereka.
Seseorang memprotesnya, "mereka shalat dengan ria" lalu dijawab,
barang siapa menipuku didalam Alloh, hakikatnya dia sesungguhnya menipu saya
karena Alloh".
Harits
Al-Muhasibi berkata, "Kami mencari tiga hal yang hilang yaitu eloknya wajah
bersama pemeliharaan kesucian diri, bagusnya ucapan bersama amanat, dan
bagusnya persaudaraan bersama pemenuhan". AbduLlah bin Muhammad Ar-Razi
berkata, "Budi pekerti adalah sikap yang menganggap kecil pada apa yang
berasal darimu, dan menganggap besar dari apa yang berasal dari selain
dirimu".
Ditanyakan
pada Ahnaf bin Qais, "Dari siapa Tuan belajar akhlak ?"
"Dari
Qais bin Ashim Al-Munqiry".
"Sampai
sejauh mana akhlaknya ?"
"Ketika
kami duduk di rumahnya, tiba-tiba seorang budak wanita datang dengan mebawa
besi panas, sebagai alat pemanggang daging. Benda itu lepas dari tangannya dan
jatuh menimpa anak laki-laki Qais sehingga menyebabkan kematian-nya. Budak itu
sangat ketakutan, tetapi Qais justru menghiburnya dengan megatakan, "Jangan
takut, engkau bebas karena Alloh".
Syah
Al-Kirmani berkata, "Tanda akhlak yang baik diantaranya menahan
penderitaan dan menangggung siksaan." RasuluLloh SAWW bersabda, "
انكم لن تسعواالناس باموالكم فسعواهم ببسط الوجه وحسن الخلق
"sesungguhnya
kamu tidak akan bisa memuaskan manusia dengan hartamu, puaskanlah mereka dengan
kecerahan wajah dan bagusnya budi pekerti".
Ditanyakan
kepada Dzunun Al-Mishri, "Siapakah yang paling menggelisahkan manusia
?"
"Yang
paling buruk akhlaknya".
Wahab
mengatakan bahwa tidaklah seseorang yang menjalankan akhlak yang baik selama 40
hari melainkan Alloh SWT akan menjadikan akhlak itu sebagai karakternya.
Firman
Alloh SWT berfirm :
وثيابك فطهر
"Dan
pakaianmu maka sucikanlah".
Dikatakan
bahwa ada seorang dari jama'ah haji memiliki seekor kambing. Dia melihatnya
sedang terpancang di atas tiga tombak.
"Siapa
yang melakukan ini ?"
"Saya,"
Jawab seorang anak budak.
"Kenapa
engkau lakukan ini ?"
"Untuk
menjagamu ". Kata budak itu.
"Tidak,
bahkan untuk menutupi perkaramu. Pergi dan engkau kini bebas." Jawabnya.
Ditanyakan
kepada Ibrahim bin Adham,"Apakah engkau pernah bahagia di dunia ?"
"Ya..dua
kali".
"Apa
saja itu ?"
"Pertama,
ketika saya sedang duduk, datang seseorang mengencingi saya. Kedua, ketika saya
duduk, datang seseorang dan langsung menampar saya".
Adalah
Uwais Al-Qarni apabila terlihat oleh anak-anak, maka mereka akan melemparinya
dengan batu.
"Anak-anak,
"Sapanya lembut.
"Jika
kalian hendak melampariku dengan batu, saya mohon lemparilah dengan batu-batu
yang kecil, agar lutuku tidak pecah sehingga menghalangiku dari mengerjakan
shalat".
Bersambung ke bagian kedua~
Sumber: manakib.wordpress.com
Posting Komentar
Posting Komentar