Menu

TQN PP.Suryalaya

 

Allah-ah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy
[As-Sajdah (4)]

Perlu disadari dari awal bahwa apa yang diperoleh kosmologi modern mengenai evolusi atau perubahan alam semesta belumlah final dan tampaknya memang masih jauh dari pemahaman yang memadai mengenai bagaimana sesungguhnya evolusi alam semesta berlangsung. Tetapi, tidak juga dapat dipungkiri bahwa ada beberapa capaian eksperimen dan observasi terbaru yang mendukung teori-teori dalam kosmologi modern mengenai evolusi tersebut. Nukilan ayat di atas yang mengindikasikan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi, Allah SWT membaginya dalam enam masa (“ayyaam”) patut menjadi motivasi bagi kita untuk berusaha memahami apa yang dimaksud oleh ayat tersebut melalui upaya yang sistematis berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah yang universal.
Selain era Planck, setidaknya terdapat lima era lagi yang telah diklasifikasikan dalam evolusi alam semesta yaitu era paduan, era elektrolemah, era partikel, foton dan inti, kemudian era atom dan terakhir era bintang dan galaksi. Penting untuk ditekankan bahwa era yang diklasifikasikan dalam kosmologi modern ini bukan berarti sama dengan enam masa yang dimaksud dalam ayat di atas. Mengapa? Karena apa yang diperoleh oleh kosmologi modern tersebut masih berupa perkiraan walau sebagian telah berhasil dibuktikan secara eksperimen dan observasi.

1. Era Paduan
Era ini berlangsung dari detik ke 10-43 (angka desimal kurang dari 1 dengan jumlah nol sebanyak 43 buah di belakang koma) hingga detik ke 10-35 dan saat itu ruang-waktu telah terbentuk, sehingga dengan demikian gaya gravitasi telah hadir. Di era ini suhu alam semesta turun menjadi antara 1028 (1 dengan 28 nol dibelakangnya) derajat celcius hingga 1032 derajat celcius dan terjadi inflasi atau pertambahan volume alam semesta yang sangat besar secara tiba-tiba. Sementara itu tiga gaya fundamental lainnya yakni elektromagnetik, nuklir lemah dan nuklir kuat masih berbentuk paduan dan belum terbedakan. Massa dan muatan pun masih belum terdefinisikan pada era ini, dan yang ada masih berupa “energi” sebagaimana di era Planck. Di akhir era ini, gaya nuklir kuat mulai memisahkan diri dari kedua gaya yang lain dengan ditandai munculnya “plasma” (semacam sop) partikel elementer yang dinamakan quark-gluon. Kemunculan plasma tersebut diduga terjadi akibat adanya perusakan simetri alam semesta secara spontan. Kelak quark akan menjadi partikel pembentuk materi yang kita kenal saat ini dan gluon adalah partikel tak bermassa yang mengikatnya.

2. Era Elektrolemah
Setelah era paduan berakhir, kemudian dilanjutkan dengan era elektrolemah. Era ini berlangsung dari detik ke 10-35 hingga ke detik 10-10. Suhu alam semesta telah turun menjadi kurang dari 1028 derajat celcius, sedangkan inflasi alam semesta telah memasuki tahapan terakhirnya. Pada era ini, dua gaya fundamental lainnya yaitu elektromagnetik dan nuklir lemah masih belum terbedakan satu sama lain dan disebut gaya elektrolemah. Sedangkan dipihak lain, “plasma” quark-gluon telah memenuhi alam semesta.

3. Era Partikel, Foton dan Inti
Selanjutnya adalah era partikel, foton dan inti yang berlangsung dari detik ke 10-10 hingga tahun ke 380.000. Suhu alam semesta telah turun secara drastis dan kesemua gaya fundamental kini telah terbedakan, dimana gaya elektrolemah terpisah menjadi gaya elektromagnetik dan nuklir lemah. Pada tahapan ini kembali terjadi perusakan simetri secara spontan melalui sebuah mekanisme yang dinamakan mekanisme Higgs. Melalui perantaraan partikel Higgs, partikel-partikel seperti quark, elektron, neutrino dan lain sebagainya terbentuk dan menerima massa serta atribut muatan listrik pun telah terdefinisikan. Selain itu, melalui mekanisme Higgs tersebut terbentuk pula antipartikel yang secara umum dicirikan oleh muatan yang berlawanan tanda dengan partikelnya. Misalnya antipartikel dari quark bermuatan positif adalah antiquark bermuatan negatif. Di pihak lain, tiga gaya yang disebutkan di atas kini berubah menjadi partikel-partikel pembawa gaya yakni gluon untuk nuklir kuat, partikel W dan Z untuk nuklir lemah, serta foton untuk gaya elektromagnetik. Berbeda dengan kelompok quark, elektron dan neutrino, partikel pembawa gaya tidak memiliki antipartikel.

Pada awal era tersebut, jumlah partikel dengan antipartikel sama banyak. Akibat energi yang relatif teramat tinggi, tumbukan antara partikel dengan antipartikel dapat saling meniadakan (anihilasi) dan memunculkan foton yang tidak bermassa, sehingga alam semesta dipenuhi olehnya. Menariknya, setelah peristiwa anihilasi berkurang akibat terus turunnya suhu, foton kembali berubah menjadi partikel dan antipartikel. Tetapi kali ini jumlah partikel jauh lebih dominan ketimbang antipartikel. Terus turunnya suhu memungkinkan gluon mengikat dua atau lebih partikel quark untuk membentuk partikel-partikel hadron yang merupakan bangunan dasar materi yang kita kenal seperti proton dan neutron. Demikian pula antiquark membentuk antimateri seperti antiproton dan antineutron, walau dalam jumlah yang jauh sangat sedikit. Pada akhir era ini, inti hidrogen, yang hanya terdiri dari satu proton, dan inti helium yang terdiri atas dua proton dan dua neutron, telah terbentuk seiring dengan terus turunnya suhu dan kerapatan alam semesta. Menarik untuk dicatat bahwa ketidakseimbangan jumlah materi dengan antimateri di alam semesta merupakan suatu hal yang masih sulit untuk dijelaskan oleh kosmologi modern.

4. Era Atom
Terbentuknya inti hidrogen dan helium menandai kemunculan era baru yang dinamakan era atom. Pada era ini, yang berlangsung dari tahun ke 380.000 hingga tahun ke 1.000.000.000, suhu alam semesta telah memungkinkan bagi terbentuknya inti atom dengan jumlah proton-neutron yang lebih banyak. Semakin turunnya suhu dan kerapatan alam semesta, pada gilirannya memungkinkan inti-inti yang terbentuk menangkap elektron dan membentuk atom yang stabil. Pada era ini, unsur-unsur ringan di alam semesta yang kita kenal saat ini sebagian besar telah terbentuk.

5. Era Bintang dan Galaksi
Akhirnya, setelah era atom berakhir, maka dimulailah era bintang dan galaksi.Era ini dimulai pada tahun ke 1.000.000.000 setelah “ledakan besar”. Gaya gravitasi, yang merupakan perwujudan dari kelengkungan ruang-waktu akibat kehadiran massa, mulai berperan secara signifikan seiring dengan kondisi alam semesta yang telah mencapai suhu rata-rata sama dengan suhu yang terdeteksi saat ini, tetapi dengan volume yang terus berkembang. Peranan gravitasi yang dominan mengakibatkan atom-atom berkumpul membentuk bintang dan galaksi. Pembentukan dimulai dari objek yang paling kecil seperti bintang dan kemudian menjadi yang paling besar seperti gugus galaksi. Berdasarkan observasi melalui teleskop Hubble, hingga saat ini objek langit yang paling jauh dan paling tua yang bisa diamati adalah quasar dengan usia sekitar 13 milyar tahun. Angka ini ditenggarai juga sebagai usia alam semesta. Berdasarkan angka tersebut pula, diperkirakan jari-jari alam semesta adalah sekitar 1026 meter. Quasar adalah objek langit yang memiliki ukuran sebesar bintang tetapi memiliki kecerlangan sebuah galaksi.


Berdasarkan uraian evolusi alam semesta di atas, sebuah pertanyaan wajar yang muncul adalah kemana arah perkembangan alam semesta ke depannya? Harus diakui bahwa hingga saat ini tidak ada satu pun petunjuk eksperimen atau observasi yang secara meyakinkan mampu memberi petunjuk kemana arah evolusi ini akan berlangsung. Belakangan ini, setidaknya ada satu perkembangan menarik yang telah menyita perhatian para ilmuwan bidang kosmologi, yakni diamatinya fakta bahwa alam semesta kini berkembang dengan kecepatan yang terus bertambah atau dengan kata lain alam semesta mengalami percepatan dalam perkembangannya. Sebuah fakta yang sangat pelik untuk bisa difahami saat ini.
Bagi kita, Muslim, petunjuk mengenai kemana nasib alam semesta setidaknya telah diberikan oleh Allah SWT dalam ayat berikut:
(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagaimana menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya [Al-Anbiya (104)].
Tersirat dalam ayat di atas dikatakan bahwa alam semesta akan kembali mengalami pengerutan dan kembali ke keadaan seperti pertama kali diciptakan. Jika saat ini alam semesta yang teramati sedang mengalami percepatan, maka kapan ia akan berhenti berkembang dan kembali mengerut? 
Wallahu’alam.
Pembaca yang budiman, kajian tentang kebesaran dan keagungan ciptaan Allah SWT memang tidak akan pernah ada habisnya. Perlu diingat bahwa perintah pertama untuk “membaca” dalam surat Al-Alaq tampaknya cukup bagi kita sebagai muslim untuk memberikan perhatian yang lebih terhadap alam, guna mengetahui secara pasti bahwa Allah SWT tidak menciptakannya hanya untuk kesia-siaan belaka.
Diskusi tentang quasar dan percepatan perkembangan alam semesta in syaa Allah akan dibahas pada edisi Busyra mendatang, beserta dengan fakta-fakta luar biasa lainnya tentang alam semesta ini.
Sumber Rujukan
1. Andrei Linde, “Particle Physics and Inflationary Cosmology”, Harwood Academic Publisher (1990)

2. Stephen Hawking, “The Universe in a Nutshell”, Transworld Publisher (2001)

3. P. Teerikorpi, M. Valtonen, K. Lehto, H. Lehto, G. Byrd, A. Chernin, “The Evolving Universe and the Origin of Life”, Springer (2009)
Oleh:

Dr. Husin Alatas, Lektor Kepala & Kepala Bagian Fisika Teori pada Departemen Fisika, FMIPA-Institut Pertanian Bogor.


Keterangan : 
website Rabithah Alawiyah adalah website resmi milik  perkumpulan kaum Alawiyin yang dulunya bernama al – Rabithatoel  - Alawijah berdasarkan akte Notaris Mr. A.H. Van Ophuijsen No. 66 tanggal 16 Januari 1928 dan mendapat pengesahan dari pemerintah Belanda pada tanggal 27 Desember 1928 (1346 H), yang ditandatangani oleh GR. Erdbrink ( Sekretaris Pemerintah Belanda).Untuk merealisasikan  program-program Rabithah Alawiyah, beberapa waktu kemudian didirikan al-Maktab al-Daimi, suata lembaga yang khusus memelihara sejarah dan mencatat nasab As-Saadah Al-Alawiyyin. Maktab ini telah melakukan pencatatan di seluruh wilayah Indonesia.
Alamat Rabithah Alawiyah Pusat :  Jalan TB. Simatupang No. 7A, Rt.10 Rw.03,
Kelurahan Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta 12530.
Telp.:+62 (21) 788 433 71

Fax.: +62 (21) 788 433 74

sekretariat@rabithah-alawiyah.org

Posting Komentar

 
Top