Percakapan antara Heraklius, kaisar Romawi dengan
Abu Sofyan, ia sendiri yang pada saat itu belum masuk Islam dan sedang
berdagang di Syam. Disaat yang sama korespondensi oleh Rasul melalui utusan
beliau Dihyah bin Khalifah Al Kalby kepada Kaisar Roma yang sedang berkuasa,
Heraklius, pada akhir tahun 6 H.
Heraklius yang saat itu berada di Baitul Maqdis mengundang Abu Sufyan untuk
ikut pertemuan dimana dihadiri para pembesar Roma. Heraklius mengajukan
beberapa pertanyaan 'spekulatif' kepada Abu Sufyan tentang Rasul
dan ajaran (Islam) yang dibawa Muhammad. Berikut pertanyaan sekaligus jawaban
dari Heraklius.
Aku sudah menanyakan kepadamu (Abu Sufyan) tentang nasabnya (Muhammad), lalu
kau katakan bahwa dia adalah orang yang terpandang di antara kalian. Memang
begitulah para rasul yang diutus disuatu nasab dari kaumnya.
-Aku sudah menanyakan kepadamu, apakah pernah ada seseorang diantara kalian
sebelumnya yang mengatakan seperti apa yang dikatakannya (Rasul)? Lalu engkau
(Abu Sufyan) mengatakan, tidak ada."
Heraklius berkata sendiri, "Andaikata ada seseorang yang berkata seperti
itu sebelumnya, tentu akan kukatakan bahwa, 'memang ada seseorang yang
mengikuti perkataan yang pernah disampaikan sebelumnya'.
Aku sudah menanyakan kepadamu, apakah diantara bapak-bapaknya ada yang
menjadi raja? Engkau jawab, tidak ada."
Heraklius berkata sendiri, "Kalaupun di antara bapak-bapaknya ada yang
menjadi raja, tentu akan kukatakan, 'Memang di sana ada orang yang sebenarnya
mencari-cari kerajaan bapaknya'.
Aku sudah menanyakan padamu, apakah kalian menuduhnya pembohong sebelum dia
mengatakan apa yang dikatakannya? Engkau jawab, tidak. Memang aku tahu tidak
mungkin dia berdusta terhadap manusia dan terhadap Allah.
Aku sudah menanyakan kepadamu, apakah yang mengikutinya dari kalangan orang2
yang terpandang ataukah orang-orang yang lemah? Engkau katakan orang orang lemahlah
yang mengikutinya. Memang begitulah pengikut para rasul.
Aku sudah menanyakan kepadamu, adakah seseorang yg murtad dari agamanya
karena benci terhadap agamanya itu setelah dia memasukinya? Engkau katakan,
tidak ada. Memang begitulah jika iman sudah meresap ke dalam hati.
Aku sudah menanyakan kepadamu, apakah dia pernah berkhianat? Engkau katakan,
tidak pernah. Memang begitulah para rasul yg tidak pernah berkhianat.
Aku sudah menanyakan kepadamu, apa yang dia perintahkan? Engkau katakan,
bahwa dia menyuruh kalian untuk menyembah Allah, tidak menyekutukan sesuatu pun
dengan-Nya, melarang kalian menyembah berhala, menyuruh kalian mendirikan
sholat, bershadaqah, jujur dan menjaga kehormatan diri. Jika yang engkau
katakan ini benar, maka dia akan menguasai tempat kedua kakiku berpijak saat
ini. Jauh-jauh sebelumnya aku sudah menyadari bahwa orang seperti dia akan
muncul, dan aku tidak menduga bahwa dia berasal dari tengah kalian. Andaikata
aku bisa bebas bertemu dengannya, maka aku lebih memilih bertemu dengannya.
Andaikan aku berada di hadapannya, tentu akan kubasuh kedua telapak kakinya.
Dari Abu Sufyan bin Shakr bin Harb ra. dalam
hadits yang panjang tentang cerita raja Heraklius.
Heraklius berkata, "Apa
saja yang diperintah oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam?"
Abu
Sufyan berkata, "Aku lalu menjawab, Nabi s.a.w. bersabda,
اعْبُدُوا اللَّهَ وَحْدَهُ ،
وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ، وَاتْرُكُوا مَا يَقُولُ آبَاؤُكُمْ ،
وَيَأْمُرُنَا بِالصَّلاَةِ وَالصِّدْقِ وَالْعَفَافِ وَالصِّلَةِ
"Sembahlah Allah semata dan jangan berbuat
syirik pada Allah dengan sesuatu apa pun. Tinggalkanlah perkara jahiliyah yang
dikatakan nenek moyang kalian." Beliau juga menyuruh kami untuk shalat,
berlaku jujur, benar-benar menjaga kesucian diri (dari zina) dan menjalin
hubungan silaturahim (menjaga hubungan dengan kerabat."
(Muttafaqun
'alaih, HR. Bukhari no. 7 dan Muslim).
Hadits di atas diambil dari pembahasan Imam Nawawi
dalam kitab Riyadhus Sholihin pada "Bab 4 - Tentang Kejujuran (Sifat Shidiq)".
Posting Komentar
Posting Komentar