(Risalah Al-Qusyairiyah)
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah RA. Bahwa RasuluLlah SAWW bersabda, “sesungguhnya
sebaik-baik penghidupan manusia adalah orang yang mampu memegang kerasnya
(kendali kuda) di jalan Allah. Jika mendengar hal yang mengejutkan dan
menakutkan, ia tetap berada si atas punggungnya dengan pilihan mati atau
terbunuh, atau orang yang mendapatkan harta rampasan perang yang bertempat
tinggal di atas gunung atau di dasar jurang yang senantiasa menerjakan salat,
memberikan zakat, dan beribadah kepada Tuhan sampai kematian menjemputnya, yang
tidak dimiliki orang lain kecuali tetap dalam kebaikan”.
Khalwat adalah merupakan
sifat orang sufi. Sedangkan uzlah adalah merupakan
bagian dari tanda bahwa seseorang telah bersambung dengan Allah Ta’ala.
Seharusnya bagi murid pemula (yaitu orang yang ingin
mendekatkan diri kepada Allah) agar uzlah (mengasingkan diri
dari bentuk-bentuk eksistensial kemudian di akhir perjalanannya melakukan khalwah (mneyepi)
sehingga ifat lemah lembut akan dapat tercapai. Hakikatkhalwah adalah
pemutusan hubungan dengan makhluk menuju penyambungan hubungan dengan Al-Haq yaitu
Allah Subhanahu Wata’ala. Ahl demikian dikarenakan khalwah merupakan
perjalanan ruhani dari nafsu menuju hati, dan hati menuju ruh dan
daru ruh menuju alam rahasia /sirr dan dari alam
rahasia menuju Dzat Maha pemberi segalanya.
Hamba
yang melakukan uzlah haruslah diniatkan karena Allah Ta’ala
dengan maksud dan niatan menjaga keselamatan orang lain dari perangai buruknya.
Dan janganlah bermaksud menjaga keselamatan dirinya dari keburukan orang lain.
Karena pernyataan yang pertama adalah wujud dari sikap rendah ahti /tawadhu’sedangkan
pernyataan yang kedua adalah menunjukkan sifat sombong yang ada pada dirinya.
Sebagian
pendeta ditanya, “Apakah engkau seorang pendeta ?” maka dia menjawab, “Tidak
saya hanyalah sebagai penjaga anjing. Jiwaku serupa dengan anjing yang dapat
melukai orang lain, karena itu saya harus keluar dari mereka supaya mereka
selamat”.
Pada
suatu saat ada seorang bertemu dengan orang saleh yang sedang mengumpulkan
pakaiannya. Lelaki itu bertanya “Mengapakah engkau kumpulkan pakaianmu. Apakah
pakaianku itu najis ?” maka orang tua yang saleh etrsebut menjawab, “tidak,
tetapi pakaiankulah yang najis dan aku kumpulkan agar tidak menajiskan
pakaianmu”.
Sebagian
dari tatacara uzlah adalah untuk memperoleh ilmu yang
dibenarkan oleh akidah tauhid. Selain itu untuk memperoleh ilmu syari’at atas
dasar kewajiban sehingga bentuk perintahnya menjadi pondasi yang kuat-untuk
dilaksanakan. Esensi uzlah adalah menghindarkan diri ari
perbuatan tercela. Sedangkan hakikatnya adalah menggantikan sifat yang tercela
untuk di isi denagn sifat yang terpuji, bukan untuk menjauhkan diri dari tempat
tinggalnya / tanah arinya. Ditanyakan, “Siapak orang yang ma’rifat itu ?”
dijawab ,”mereka adalah orang yang selalu berada di tepi jauh, yakni dia selalu
bersama orang lain sedangkan hatinya jauh dari mereka”.
Asyaikh
Al-Ustadz Abu Ali Ad-Daqaq berkata, “Berpakaianlah sebagaimana orang
berpakaian, makanlah sebagaimana orang makan, dan menyendirilah dengan
bersembunyi”. Beliau juga mengatakan, “Suatu hari seseorang datang kepadaku dan
bertanya, ‘Saya datang kepadamu dari perjalanan yang sangat jauh ?’. lalu aku
jawab cerita ini dengan bukan dengan arti jaarak perjalanan yang terputus dan
perjalanan yang melelahkan. Renggangkan jiwamu dengan satu langkah, maka
tujuanmu akan tercapai’”.
Diriwayatkan
dari Abu Yazid Al Busthami, RA, beliau berkata, “Saya pernah bermimpi bertemu
Tuhan, kemudian saya bertanya, ‘Bagaimana caranya agar aku isa bertemu
denganNya ?” Dan Ia menjawab, “Pisahkan jiwamu dan bersegeralah datang”.
Abu
Utsman Al-Maghribi mengatakan, “Barang siapa ingin meninggalkan masyarakat,
selayaknya ia meninggalkan semua ingatan kecuali ingat kepada Tuhan,
meninggalkan semua keinginan kecuali mencari ridha Tuhan, dan meninggalkan
semua tuntutan hawa nafsu. Jika tidak demikian maka apa yang dikerjakan akan
menimbulkan fitnah dan cobaan”. Menurut suatu pendapat, khalwat adalah
pekerjaan yang paling dicintai untuk mendorong raa rindu.
Muhammad
bin Hamid berkata, “Seseorang bertamu kepada Abu Bakar Al;-Waraq, ketika akan
pulang ia meminta kepada Muhammad agar meberi wasiyat kepada dirinya. Abu Bakar
Al-Waraq menjawab, “Engkau telah mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat
karena engkau selalu menyendiri dan meninggalkan pergaulan masyarakat.
Kejelekan dari keduanya terletak pada pencampur adukan dan pembauran”.
Abu
Muhammad Al-Jariri ditanya tentang uzlah, dia menjawab, “Uslah
adalah masuk ke tempat yang sempit, menjaga rahasia agar tidak terjadi gesek
menggesek dan meninggalan keinginan hawa nafsu sehingga hatimu terkait dengan
kebenaran”. Ada yang berpendapat, urgensi uzlah adalah
menghasilkan kemuliaan.
Menurut Sahal,
khalwat tidak dpat dibenarkan kecuali dengan meninggalkan yang haram. Dan
meninggalkan barang yang halal juga tidak dibenarkan kecuali dengan
melaksanakan hak Allah Ta’ala. Dzunun AL-Mishri berkata, “Saya tidak pernah
melihat sesuatu yang dapat menimbulkan sikap ikhlas kecuali kekasihmu adalahkhalwat, makananmu
adalah lapar, dan pembicaraanmu adalah lapar. Apabila engkau meninggal dunia,
engkau selalu bersambung kepada Allah”. Dzunun al-Mishri juga ppernah
berkata,”Orang tidak akan terhalang dari makhluk hanya karena khalwat sebagaimana
orang tidak orang tidak akan terhalang dari mereka karena mendekatkan diri
kepada mereka”.
Bersambung ke Bagian Kedua
dokumen pemuda tqn suryalaya news
sumber: manaqib.wordpress.com
Posting Komentar
Posting Komentar