(Risalah Al-Qusyairiyah)
Allah Ta’ala berfirman , “sesungguhnya
yang paling mulia dari kamu sekalian di sisi Allah adalah orang yang paling
bertaqwa”. QS. Al-Hujarat 13
Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Seorang laki-laki
datang kepada RasuluLlah SAW seraya meminta nasihat, ‘Wahai Nabi Allah,
wasiatilah diriku ‘. Beliau menjawab, “Wajib atasmu bertaqwa kepada Allah
karena sesungguhnya taqwa merupakan kumpulan semua kebaikan. Wajib atasmu untuk
berjuang karena berjuang adalah ibadah/rahbaniyah orang islam. Dan wajib atasmu
untuk selalu ingt kepada Allah karena mengingat Dia adalah cahaya bagimu”.
Seseorang telah bertanya kepada RasuluLlah SAW,
“Wahai Nabi Allah, siapa keluarga Muhammad ?”. Beliau menjawab, “Orang yang
bertaqwa kepada Allah Ta’ala, takwa merupakan kumpulan perbuatan baik,
sedangkan esensinya selalu ta’at kepada Allah agar terhindar dari siksaanNya”. Ada
suatu ungkapan, ‘Si fulan bertaqwa dengan perisainya. Oleh karena itu pondasi
taqwa haris menghindari perbuatan syirik, maksiyat, dan perbuatan tercela.
Selain itu juga menghindarkan diri dari perbuatan syubhat, perbuatan yang tidak
berfaidah”.
Al Ustadz Abu Ali Ad-Daqaq berkata, “setiap
klasifikasi pembagian terdapat satu bab dalam pembahasan. Untuk menafsirkan
firman Allah Ta’ala, “bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa”.(QS.
Ali Imran. 102) hal itu untuk dita’ati bukan untuk di ingkari,
supaya untuk di ingat bukan untuk dilupakan, dan supayandisyukuri bukan untuk
dikufuri”.
Sahal bin Abdullah berpendapat, tak ada seseorangpun
yang dapat menolong kecuali Allah, tak ada argumrntasi yang benar kecuali
RasuluLlah, tak satupun dari modal persiapan kecuali taqwa dan
tak satupun amal kebaikan kecuali sabar”.
Menurut Al-Kattani, dunia diciptakan agar manusia
menerima cobaan dan akhirat diciptakan agar manusia bertaqwa. Al Jariri
berkata, “Barang siapa yang membrikan keputusan antara manusia dan Allah
Ta’ala tanpa dasar taqwa dan pendekatan diri kepada Allah, maka dia tidak
akan sampai kepadaNya.”
Menurut Nashr Abadzi, yang dimaksud dengan taqwa
adalah seoang hamba yang tidak takut kepada apapun kecuali hanya kepada Allah .
sahal berkata, “Barang siapa yang menginginkan agar taqwanya benar, maka ia
harus meninggalkan semua perbuatan dosa. Nashr Abadzi berkata, “Barang siapa
yang selalu bertaqwa, maka dia tidak merasa keberatan meninggalkan dunia
sebagaimana firman Allah Ta’ala, ‘dan sesungguhnya kampung akhirat adalah
lebih baik bagi orang yang bertaqwa apakah mereka tidak memikirkannya”’.QS.
Al-An’am 32
Sebagian ulama berkata, “Barang siapa yang mampu
mewujudkan taqwa, maka hatinya akan dikmudahkan oleh Allah untuk berpaling dari
kemewahan dunia”. Menurut Abu Bakar Muhammad Ar-Rudzabari yang dimaksud taqwa
adalah meninggalkan sesuatu yang dapat menjauhkan diri dari Allah Ta’ala.
Menurut Dzunun Al-Mishri yang dimaksud orang yang taqwa adalah orang ang tidak
mengotori jiwa bathin dengan interaksi sosial. Dalam kondisi yang
demikian maka orang tersebut akan mengadakan kontak dengan Allah dan dapat
berkomunikasi denagnNya. Ibnu ‘Atha’ berkata, “taqwa terbagi menjadi dua yaitu
taqwa lahir dan taqwa bathin. Taqwa lahir adalah menjauhkan diri dari hal-hal
yang dilarang, sedangkan taqwa bathin adalah niat dan ikhlash”. Sya’ir dari
Dzunun Al-Mishri:
Tak ada kehidupan yang sejati
Kecuali dengan kekuatan hati mereka
Yang selalu merindukan taqwa dan menyukai dzikir
Ketenangan telah merasuk ke dalam bathin yang yakin
Dan yang baik
Sebagaimana bayi yang masih menetek
Telah masuk ke dalam pangkuan
Seorang laki-laki yang bertaqwa dapat dijadikan
standar apabila memenuhi tiga hal. Pertama tawakal yang baik dalam hal yang
tidak mungkin diperoleh. Kedua, ridha yang baik dalam hal yang telah diperoleh.
Ketiga, sabar yang baik dalam hal yang telah lewat. Sedang menurut Thalq bin
Habib, yang dimaksud taqwa adalah perilaku ta;at kepada Allah di atas
cahayanya.
Diriwayatkan dari Hafs, ia berkata,”Taqwa harus
ditanamkan dalam perbuatan yang halal lagi murni, bukan pada yang lain. “ Abul
Husain Al-Zunjani berkata, barang siapa yang memiliki modal taqwa, maka
berbagai ungkapan sifat jelek akan tertolak”.
Al Washiti mengatakan, “Yang diamksud taqwa adalah
orang yang selalu memelihara ketaqwaannya. Orang yang taqwa dapat
diperumpamakan seperti Ibnu Sirin. Ketika ia membeli 40 takar minyak samin,
seseorang mengeluarkan tikus dari timbangan tersebut. Inbu Sirin bertanya,
‘dari timbangan mana engkau keluarkan tikus tersebut ? pemuda itu menjawab
‘akutidak tahu’. Setelah itu Ibnu Sirin menuangkan semua minyak ke tanah”.
Dalam cerita lain Abu Yazid pernah membeli minyak parfum di kota Hamdzan dan mendapatkan
kelabihan. Ketika ia pulang ke kota Bustam, dia melihat dua semut di dalam
parfum tersebut. Setelah itu ia kembali ke kota Hamdzan dan meletakkan dua
semut itu ke tempat penjual.
Bersambung ke bagian II
dokumen pemuda tqn suryalaya news
sumber: manaqib.wordpress.com
Posting Komentar
Posting Komentar