Menu

TQN PP.Suryalaya

 

Sambungan dari bagian VII~

Diriwayatkan bahwa Ali bin Abu Bakar AL-Furqani setiap tahun pergi ke Makkah untuk haji dan umrah. Ketika melakukan perjalanan haji, dia lewat Naisabur tetapi tidak mampir ke rumah Ali Abu Utsman Al-hirri. Pada haji berikutnya dia sempat mampir. 
Dai mengatakan, "Sayapun masuk ke rumahnya dan mengucapkan salam kepadanya akan tetapi dia tidak menjawab. Saya membathin,' Seorang muslim masuk rumahnya lalu mengucapkan salam kepadanya dan dia tidak menjawabnya.' Baru saja hatiku berhenti berbisik, Abu Utsman menyahut,' Apakah seperti ini seseorang melakukan ibadah haji, sementara ibunya dibiarkan di rumah sendirian. Dia tidak berbakti kepada seorang ibu.'

Saya takut. Pasti kata-kata itu ditujukan kepada saya. Saat itu juga saya pulang dan menemani ibu sampai beliau wafat. Kemudian saya berkunjung lagi ke rumah Abu Utsman, beliau menyambut saya dan menemani saya duduk. Saya tinggal bersamanya sampai beberapa waktu hingga beliau wafat.'

Khair An-Najas berkata, "Saya sedang di rumah. Tiba-tiba saya dikejutkan oleh bayangan kehadiran al-Junaid yang muncul di samping pintu. Dia seperti berdiri mematung. Saya segera mematikan bisikan itu dari hati saya. Kejadian itu terulang sampai yang ketiga kalinya. Sayapun akhirnya keluar dan ternyata Al-Juanid benar-benar berdiri di samping pintu. Dia menegur saya,'Mengapa tidak kamu keluarkan bisikan hati pada saat bisikan yang pertama ?'

Muhammad bin Husain Al-Busthami berkata, "Saya masuk rumah Abu Utsman AL-Maghribi, spontan hati saya berbisik,'semoga dia menawarkan sesuatu kepada saya.' Abu Utsman menyahut, 'Tidak akan mencukupi manusia yang saya mengambil sesuatu dari mereka sampai mereka menambah masalahku untuk mereka."

Seorang fakir menuturkan pengalamannya, dia mengatakan, "Ketika saya di Baghdad, saya membayangkan AbduLlah Al-Murta'isi memberi saya uang lima belas dirham untuk membeli sebuah bejana dan sepasang sandal. Sayapun masuk perkampungan dan menginap di sebuah penginapan. Tiba-tiba pintu rumah saya diketuk seseorang. Saya segera membukanya. AbduLlah berdiri di depan pintu dan saya terkejut memandangnya. Angin berhembus halus menyertai kedatangannya, masuk ke dalam dan menerpa badan saya. Dai mengatakan,"Ambil kantong ini".
"Wahai tuan, saya tidak menginginkannya".
"Mengapa engkau menyiksa (maksudnya AbduLlah tersiksa oleh suara firasatnya yang melihat seorang fakir yang menginginkan uang) kami ?" dan berapa yang engkau inginkan ?'
'limabelas dirham'.

'ini limabelas dirham' Jelas AbduLah.
Demikian anugerah Alloh kepada para sufi yang sudah istiqomah dalam bermesraan denganNYA.

Bersambung ke bagian ke-9

Sumber: manakib.wordpress.com

Posting Komentar

 
Top