Allah
SWT berfirman, “Dan janganlah sebagian diantara kamu mengumpat yang lain,
senangkah salah seorang diantara kamu sekalian memakan daging saudaranya yang
telah mati (bangkai) ? Maka tentu kamu sekalian tidak menyukainya”. (QS.
Al Hujarat 12).
Dari
Abu Hurairah RA diceritakan, “Seorang laki-laki berdiri bersama RasuluLlah SAW
yang sebelumnya dia duduk. Sebagian kaum mengatakan, “Alangkah lemahnya si
fulan”. Setelah itu RasuluLlah SAW berkata, “Engkau telah memakan saudaramu
dan engkau telah mengumpatnya”.
Allah
Ta’ala menurunkan wahyu kepada Nabi Musa AS, “Barang siapa meninggal dunia dan
bertobat dari umpatan, maka dia adalah orang yang terakhir masuk surga. Barang
siapa meninggal dunia dan selalu mengumpat maka dia adalah orang yang pertama
masuk neraka”.
‘Auf
mengatakan, “Saya bertemu dengan Ibnu Sirrin kemudian saya mengumpat Hajjaj.
Seketika itu Ibnu Sirrin mengatakan, ‘Sesungguhnya Allah Ta’ala adalah Dzat
yang Maha Bijaksana dan Maha Adil. Apabila engkau bertemu dengan Allah Swt di
hari kiyamat, maka dosa yang paling kecil akan menjadi lebih besar daripada
dosa yang paling besar yang engkau timpakan kepada Hajjaj’”.
Menurut
satu cerita, Ibrahim bin Adham pernah diundang dan ia menghadirinya. Mereka
yang hadir menyebut yang tidak hadir. Mereka mengatakan, “Orang yang tidak
hadir itu adalah Tsuqail “. Ibrahim mengtakan, “Inilah diriku yang telah
membuatku demikian. Apabila saya menghadiri suatu tempat, orang-orang akan
mengumpat”. Setelah itu dia keluar dan tidak mau makan selama tiga hari. Menurut
satu pendapat, perumpamaan orang yang mengumpat adalah seperti orang yang
meluruskan senjata manjanik (alat pelempar yang diberi peluru
panah api). Kebaikannya ia lempar ke arah timur dan barat. Dia mengumpat orang
khurasan, Hijas, dan turki. Kebaikannya ia pisah kemudian dia luruskan sehingga
tidak ada sedikitpun yang tersisa di pangkuannya. Manurut yang lain, catatan
buku perbuatan seorang hamba akan didatangkan di hari kiamat. Dia tidak
melihat kebaikannya, seraya berkata, “Di mana salatku, puasaku, dan taatku”.
Dijawab, “Semua perbuatan baikmu telah hilang karena engkau mengumpat orang
lain”. Sedangkan yang lain berpendapat, barang siapa diumpat orang lain maka
Allah Ta’ala akan mengampuni separuh dosa-dosanya”.
Sufyan bin
Husain duduk di hadapan Iyas bin Mu’awiyah lantas ia mengumpat seseorang.
“Apakah
engkau berperang melawan orang turki atau romawi ?”tanya Iyas. “Tidak”. Jawab
Sufyan.“Orang-orang Turki dan Romawi telah selamat darimu”. Jawab Iyas
kemudian.
Menurut
satu pendapat, catatan buku perbuatan seseorang akan diberikan. Dia akan
melihat kebaikan yang belum pernah ia kerjakan. Setelah itu ia diberitahu,
ini adalah perbuatan baikmu karena engkau telah diumpat oleh orang lain
sedangkan engkau tidak merasa.
Sufyan
Ats-Tsauri pernah ditanya tentang sabda RasuluLlah SAW InnaLlaha
Yabghadu ahlal baitillahmiyyiin “Sesungguhnya Allah membenci
ahli rumah yang suka makan daging”.
Dia
menjawab, “Orang-orang yang mengumpat orang lain adalah orang-orang yang makan
daging mereka”.
Persoalan
umpatan pernah diutarakan di hadapan AbduLlah bin Mubarak, dia
mengatakakn, “Seandainya saya disuruh mengumpat seseorang maka pasti saya akan
mengumpat kedua orang tuaku karena mereka lebih berhak kepada kebaikanku”.
Menurut
Yahya bin Mu’adz, orang mukmin mempunyai bagian darimu dalam tiga hal. Pertama
jika engkau tidak memberikan pertolongan, maka jangan memberikan bahaya. Kedua,
jika engkau tidak merahasiakan, maka janganlah mengumpat. Ketiga, jika engkau
tidak memuji, maka jangan mencela”. Hasan Al-Bashri pernah diberi kabar bahwa
fulan telah mengumpatnya. Maka setelah itu Hasan mengirimkan kue yang tertutup
kepadanya. Hasan mengatakan kepadanya, “Telah sampai kabar kepadaku bahwa
engkau menghadiahkan kebaikan kepadaku . oleh karena itu saya memberikan
imbalan kepadamu”.
Dari
Anas bin Malik diceritakan bahwa RasuluLlah SAW bersabda, Man Alqa
Jilbaabal hayaa’ an wajhihi falaa ghibata lah. “Barang siapa
yang tidak mempermalukan orang lain dari wajahnya maka dia tidak termasuk orang
yang mengumpat”.
Al
Junaid mengatakan, “Saya duduk di masjid Syuniziyah menunggu jenasah yang akan
disalatkan. Demikian pula orang-orang Baghdad, tetapi mereka duduk berdasarkan
kedudukan mereka. Setelah itu saya melihat orang fakir yang tampak bekas-bekas
ibadahnya. Dia mengemis kepada orang lain. Saya bergumam dalam hati, seandainya
orang fakir itu berhias diri, tentu ia akan lebih tampan. Setelah itu aku pulang
ke rumah. Pada waktu malam di hadapanku terdengar suara wirid berupa tangisan,
salat dan lain-lainnya. Wirid itu dapat menundukkan semua wiridku . ketika itu
saya dalam keadaan diantara bangun dan duduk akan tetapi sangat mengantuk
sehingga saya tertidur. Dalam tidurku aku melihat si orang fakir tadi dipanggul
oleh beberapa orang dan diletakkan di atas singgasana yang luas. Mereka
mengatakan kepadaku, “Makanlah dagingnya karena engkau telah mengumpatnya.”
Saya teringat akan peristiwa itu. Saya mengatakan, ‘Engkau tidak termasuk orang
yang direlakan dengan sesamanya.’ Oleh karena itu pergilah dan mintalah maaf
kepadanya’. Saya sangat kebingunan. Suatu saat saya dapat melihatnya di suatu
tempat yang apabila air mengalir ia dapat memperoleh daun-daun yang telah dari
pohon ketika disiram. Setelah itu saya menmgucapkan salam kepadanya. Dia
bertanya kepadaku, ‘Apakah engkau masih membiasakan diri mengumpat ?’ Saya
menjawab, ‘Tidak’. Dia mengatakan, ‘Mudah-mudahan Allah SAW mengampuni kita’.
Abu
Ja’far mengatakan, “Di hadapan kami terdapat seorang pemuda dari penduduk
Balkh. Dia selalu berijtihad dan beribadah. Hanya saja dia selalu mengumpat
orang lain. Dia mengatakan, ‘Si Fulan seperti ini dan itu’. Suatu hari aku
melihatnya. Dia keluar dari samping para waria yang berjumlah seratus.
Pekerjaannya sebagai tukang cuci. Saya bertanya, ‘Apa kabarmu ?’. dia menjawab,
‘Ada kejadian yang menimpaku’. Setelah itu saya mengatakan, ‘Saya pernah
mendapatkan cobaan karena meremehkan waria. Oleh karena itu saya melayani mereka
. sekarang semua peristiwa itu telah berlalu. Untuk itu berdoalah kepada Allah
SWT agar memberikan rahmat kepadaku’”.
Sumber: manakib.wordpress.com
Posting Komentar
Posting Komentar