(foto: GrandSyaikh Abdullah dan Syaikh Nazim) |
(Dari buku : The Naqshbandi Sufi Way, History
Oleh : Syaikh Muhammad Hisham Kabbani, 1995)
Perjalanan Syaikh Nazim
Syaikh Nazim pergi haji setiap tahunnya untuk memimpin
kelompok orang-orang Siprus. Beliau melaksanakan ibadah haji sebanyak 27
kali. Beliau menjaga murid-muridnya dan sebagai pengikut grandsyaikh
Abdullah.
Suatu saat grandsyaikh mengatakan padanya agar pergi ke Aleppo dari
Damaskus dengan berjalan kaki, dan berhenti di setiap desa untuk menyebarkan
thariqat Naqsybandi, ajaran sufisme dan ajaran Islam. Jarak antara
Damaskus menuju Aleppo sekitar 400 kilometer. Butuh waktu lebih
dari satu tahun untuk perjalanan pergi dan kembali. Syaikh Nazim berjalan
kaki selama satu atau dua hari. Ketika sampai di sebuah desa, beliau
tinggal disana selama seminggu untuk menyebarkan thariqat Naqsybandi, memimpin
dzikir, melatih penduduk dan melanjutkan perjalanan beliau sampai ke desa
selanjutnya. Nama beliaupun mulai terdengar di setiap lidah orang-orang,
mulai dari perbatasan Yordania sampai perbatasan Turki dekat Aleppo.
Hal yang sama diperintahkan dan dijalankan oleh
syaikh Nazim agar berjalan kaki ke Siprus. Dari desa satu menuju desa
lainnya, menyeru orang agar kembali pada Tuhannya dan meninggalkan segala
materialisme, sekularisme dan atheisme.
Beliau amat dicintai diseluruh Siprus, dan masyur dengan
sebutan ‘Syaikh Nazim berturban hijau / Syaikh Nazim Yesilbas’ karena turban
dan jubahnya yang berwarna hijau.
Beliau sering mengunjungi Lebanon, dimana kami mengenal
beliau. Pada th. 1955, aku berada di kantor pamanku, yang
menjabat sebagai sekjen urusan agama di Lebanon, sebuah jabatan yang tinggi
dalam Pemerintahan. Ketika itu tiba waktunya shalat Ashar dan pamanku,
Syaikh Mukhtar Alayli sering shalat di masjid al-Umari al-Kabir di Beirut. Di sana
ada juga gereja pada masa Umar bin al-Khattab, yang telah berubah menjadi
masjid pada masa beliau. Di bawah tanah masjid masih terdapat fondasi
gereja. Pamanku menjadi imam dan aku beserta dua saudaraku shalat
dibelakang beliau.
Seorang syaikh datang dan shalat disebelah kami. Kemudian
orang itu melihat kedua kakakku dan menyebut nama-nama mereka, selanjutnya
menoleh ke arahku dan menyebutkan namaku. Kami amat terkejut, karena kami
tidak saling mengenal sebelumnya. Pamanku juga tertarik pada beliau. Itulah
pertama kali kami bertemu syaikh Nazim. Kakak tertuaku berkeras untuk
mengajak syaikh Nazim dan paman untuk menginap di rumah kami.
Syaikh Nazim mengatakan : “ Saya dikirim oleh
syaikh Abdullah. Beliau yang mengatakan ‘Setelah shalat ashar nanti, yang ada
disebelah kananmu bernama ini dan yang lain bernama ini. Ajaklah mereka
masuk thariqat Naqsybandi. Mereka akan menjadi pengikut kita.’ “
Kami masih amat muda dan kagum akan cara beliau
mengetahui nama-nama kami.
Sejak saat itu beliau mengunjungi Beirut secara
rutin. Kami pergi ke Damaskus setiap Minggunya, dengan cara memohon
pada ayah kami agar diizinkan mengunjungi grandsyaikh. Aku dan kakakku
menerima banyak pengetahuan spiritual dan menyaksikan kekuatan-kekuatan ajaib
yang dialirkan pada hati kami, para pencari.
Rumah Syaikh Nazim tidak pernah sepi dari pengunjung. Sedikitnya
seratus orang silih berganti mengunjungi rumah beliau setiap harinya dan
dilayani dengan baik. Rumah beliau dekat dengan rumah grandsyaikh di Jabal
Qasiyun, sebuah pegunungan yang tampak dari kotanya, disebelah tenggara
Damaskus. Rumah semen beliau yang sederhana dengan segala perabot dibuat
dari tangan dengan bahan kayu atau bahan-bahan alami lain.
Mulai tahun 1974, beliau mengunjungi Eropa. Dari Siprus
menuju Londondengan pesawat dan kembalinya mengendarai mobil lewat jalan
darat. Beliau melanjutkan pertemuan dengan setiap kalangan masyarakat dari
berbagai daerah, bahasa, adat sampai keyakinan yang berbeda-beda. Orang-orang
mulai mengucap kalimat Tauhid dan bergabung dengan thariqat sufi dan
belajar tentang rahasia-rahasia spiritual dari beliau. Senyum dan wajahnya
yang bersinar amat dikenal di seluruh benua Eropa dan disayangi karena membawa
cita rasa spiritualitas yang sebenarnya dalam kehidupan masyarakat.
Bersambung ke bagian II
Posting Komentar
Posting Komentar