“Penting sekali bagi para pencari untuk mendaki gunung sebelum dia menikmati
pemandangan di puncak. Untuk mendaki gunung, para pencari harus melakukan
perjalanan dari dunia yang rendah menuju Kehadirat Ilahi. Dia harus menempuh
perjalanan dari dunia ego yang penuh realitas sensual menuju kesadaran jiwa
akan Realitas Ilahi”
“Untuk membuat kemajuan dalam perjalanan ini, para pencari harus membawa
gambaran mengenai Syaikhnya (tasawwur) ke dalam hatinya,karena itu merupakan
jalan terkuat untuk melepaskan seseorang dari genggaman rasa”
“Dalam hatinya Syaikh menjelma menjadi cerminan dari Inti yang Mutlak. Jika dia
berhasil, maka ia akan tiba dalam keadaan ghayba atau “absen” dari dunia yang
penuh rasa, dan akan tampak pada dirinya. Untuk mengukur bahwa keadaan ini
semakin meningkat dalam dirinya, murid merasakan ketertarikan terhadap rasa
duniawi akan melemah dan hilang, lalu pada dirinya mulai tampak Maqam Kehampaan
Mutlak dalam merasakan hal-hal yang lain selain Allah” “Tingkat paling tinggi
dari maqam ini disebut Maqam Pemusnahan (fana’). Syah Naqsyband menasihati
muridnya, “Ketika Aku mengalami keadaan tanpa kesadaran, tinggalkanlah Aku
sendiri dan serahkan dirimu pada keadaan itu dan terimalah haknya atas diri
kita”
“Mengenai perjalanan ini, Syaikh Alauddin berkata kepada muridnya, Jalur
terpendek menuju sasaran kita yaitu Allah, adalah saat Allah menghilangkan
sekat dari Inti Wujud Ke-Esaan-Nya yang tampak pada semua makhluk ciptaan-Nya”
“Dia melakukan hal ini dengan Maqam Penghapusan (ghayba) dan Peleburan dalam
Ke-Esaan-Nya yang Mutlak (fana’), sampai Inti Kemegahan-Nya mulai tampak dan
menghilangkan kesadaran akan segala hal selain Dia Ini adalah akhir dari
Perjalanan Mencari Allah dan awal dari Perjalanan yang lain” “Pada akhir
Perjalanan Pencarian dan Keadaan yang Penuh Daya Tarik muncullah Keadaan Tanpa
Kesadaran dan Pemusnahan. Inilah yang menjadi target semua ummat manusia
sebagaimana Allah swt berfirman dalam al-Qur’an, “Aku tidak menciptakan Jinn
dan Manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” Ibadah di sini maksudnya adalah
Pengetahuan Yang Sempurna (Ma’rifat)”
Masyaikh Naqshbandi
Sumber: status Kangmas Ujang Rahim di Grup Facebook Pemuda TQN Suryalaya, dari berbagai sumber.
Posting Komentar
Posting Komentar