Seorang hamba sahaya bernama
Tsauban sangat ingin berjumpa dengan Rasulullah. Sebab, ia sangat mencintai dan
mengagumi akhlak dan kepribadian Nabi akhir zaman tersebut. Namun, tempat
tinggalnya sangat jauh, sehingga ia sulit berjumpa dengan Rasul S.A.W.
Pada suatu hari, Tsauban dapat bertemu dengan Rasulullah. Kesempatan itu
digunakannya untuk mendengarkan segala nasihat dan tausiah dari Rasul S.A.W.
Mengetahui Tsauban, Rasulullah tampak heran, sebab warna kulitnya tidak seperti
warna kulit orang yang sehat, tubuhnya kurus, dan wajahnya menandakan kesedihan
yang teramat mendalam. Rasul pun bertanya, "Apa yang menyebabkan kamu
seperti ini?"
"Wahai Rasulullah, yang menimpa diriku ini bukanlah penyakit, melainkan
ini semua karena rasa rinduku padamu yang belum terobati, karena jarang bertemu
denganmu. Dan, aku terus-menerus sangat gelisah sampai akhirnya aku dapat
berjumpa denganmu hari ini," ujarnya.
"Ketika ingat akhirat, aku khawatir tidak dapat melihatmu lagi di sana.
Karena, saya sadar bahwa engkau pasti akan dimasukkan ke dalam surga yang
khusus diperuntukkan bagi para nabi. Kalaupun toh saya masuk surga, saya pasti
tidak akan melihatmu lagi, karena saya berada dalam surga yang berbeda dengan
surgamu. Apalagi jika saya nantinya masuk neraka, maka pastilah saya tidak akan
dapat melihatmu lagi selama-lamanya," tukas Tsauban. Mendengar curahan
hati si budak Tsauban tersebut, Rasulullah pun menjawab, "Insya Allah
engkau (berkumpul) bersamaku di surga."
Kisah di atas menyiratkan akan ganjaran bagi orang yang memiliki kekaguman dan
kecintaan akan sosok Nabi Muhammad S.A.W. Bahkan, kerinduannya untuk bertemu
dengan sang pujaan, mengalahkan segalanya hingga kesehatannya menurun drastis.
Bentuk kecintaan pada Rasulullah, bukan diukur melalui berapa banyak pujaan
atau pujian untuk Rasulullah S.A.W, melainkan bagaimana sikap dan perilakunya
untuk melaksanakan segala apa yang biasa dilakukan oleh panutannya itu
(menjalankan sunah). Artinya, kecintaan itu datangnya dari hati dan diamalkan
dengan perbuatan, bukan dengan sekadar kata-kata.
Di saat banyak orang menyebarkan fitnah yang dialamatkan pada Rasul S.A.W, maka
salah satu bentuk kecintaan seorang Muslim yang bisa diwujudkan adalah dengan
kembali menelaah lebih dalam sirah kehidupan beliau melalui berbagai literatur
tentang pribadi beliau. Sebab, pengetahuan yang minim tentang Rasulullah pada
sebagian umat Islam, akan menjadi celah bagi sejumlah pihak yang tidak
bertanggung jawab untuk melemahkan keyakinan umat Islam lewat propaganda dan
pemutarbalikkan fakta. Karena itu, dalam membaca sirah nabawiyah pun, harus
dipahami makna dan esensi dari akhlak Rasul S.A.W.
Dan satu hal yang paling esensial dalam menumbuhkan kecintaan pada Rasul S.A.W
adalah meneladani segala perbuatan dan perkataannya. Juga menaati apa yang
diperintah dan menjauhi semua yang dilarangnya.
Wallahu a'lam.
Oleh : Muhammad Itsbatun
Najih via Republika.co.id
Posting Komentar
Posting Komentar