Keyakinan jika diiringi dengan keimanan kepada Allah SWT. maka keyakinan itu akan menjadi kekuatan yang amat dahsyat. Dalam keadaan bagaimana pun keyakinan itu tidak boleh hilang dari dalam diri kita. Jika sampai terjadi pada diri kita kehilangan keyakinan maka sesungguhnya diri kita tergolong manusia yang putus asa (putus harapan).
Keyakinan kepada guru mursyid (pembimbing ruhani) pada hakikatnya adalah untuk menghantarkan pesuluk untuk yakin kepada Allah. Sesungguhnya mursyid itu adalah penerus pembawa cahaya kenabian (Nur Muhammad S.a.w.)... al_ulamai warasatun anbiya'....
Untuk menuju kepada Allah sebaiknya ada pembimbingnya sebagaimana jika seseorang yang akan melintasi hutan yang penuh dengan semak belukar dan hewan liar yang ganas diperlukan pula penunjuk jalan yang berpengalaman. Hal itu agar ia tidak tersesat di jalan bahkan dapat berakibat dirinya diterkam oleh hewan yang buas.
Sebab itu jangan diremehkan keyakinan yang tinggi dari seorang pesuluk terhadap guru mursyidnya (yang mu'tabaroh) , gurunya tersebut baik disadari/tanpa disadari oleh pesuluk akan meneruskan keyakinan tersebut menuju kepada Allah... fafirru ilalloh (bergegas menuju Allah).
“Barangsiapa yang
diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa
yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang wali yang dapat
memberi petunjuk kepadanya (waliyan mursyidan)”.
(Q.S. al-Kahfi;17 ).
Berikut ini kami kisahkan sebuah cerita mengenai keyakinan yang teguh seorang murid kepada gurunya yang kami sarikan dari Buku "Di Dalam Diri Ada Allah" ,tulisan Cipta Hening, terbitan PT.Elex Media Komputindo, tahun 2011 (hal.47-49). Kisah ini bukan untuk mendiskreditkan amaliyah dalam bahasa tertentu tapi lebih pada inti cerita mengenai keyakinan seorang pesuluk/murid terhadap petuah dan wejangan guru pembimbingnya.
Konon, AlMaghfurllah KH.R.As'ad dari Situbondo memiliki sepuluh orang murid. Yang sembilan orang berasal dari keluarga baik-baik, satu orang lagi muridnya adalah anak mantan seorang pencuri yang terkenal di daerahnya. Kyai guru bermaksud memberikan amalan meringankan tubuh bagi kesepuluh orang muridnya.
Kyai guru memberikan doa dengan bahasa Arab seperti bahasa yang lazim dipergunakan di pondok pesantren. Tetapi anehnya, kepada sang murid anak mantan pencuri,Kyai guru memberikan doa yang berbeda dengan kesembilan murid lainnya. Kyai guru memberikan amalan kepada anak mantan pencuri tersebut dalam bahasa Indonesia,"Biji nangka sepuluh,hilang satu, tinggal sembilan." amalan ini wajib dibaca seribu kali, selama empat puluh hari,. Begitu juga dengan kesembilan murid lainnya, diberi tugas yang sama. Bedanya kesembilan murid itu diberikan doa dalam bahasa Arab, seperti doa-doa yang lazim di pondok pesantren pada umumnya.
Rupanya Kyai Guru ingin menguji keyakinan dan kepercayaan setiap murid-murid beliau dengan memberi amalan yang berbeda. Dengan tingkat keyakinan masing-masing mereka pun menjalankan amalan yang diberikan kepada mereka. Meskipun baru bergenap sepuluh hari para murid diminta menemui Kyai Guru dan mengajak mereka ke sebuah jurang yang dalam dengan maksud menguji kekuatan amalan yang mereka jalani. Mula-mula Kyai guru memberi kesempatan kepada kesembilan muridnya yang mengamalkan doa dalam bahasa Arab, untuk melompati jurang yang ada di depan mereka. Tetapi apa yang terjadi, ternyata kesembilan dari muridnya tersebut tidak ada yang berhasil untuk melompati jurang tersebut mereka jatuh dan terperosok ke dalam jurang.
Setelah kesembilan murid tidak mampu melompati jurang sekarang giliran murid satunya (anak mantan pencuri terkenal) yang mengamalkan doa dalam bahasa Indonesia, untuk melompati jurang tersebut. Kesembilan murid lainnya sempat meragukan kemampuannya untuk melewati jurang di depannya. Apalagi mereka mengetahui bahwa sesungguhnya amalan yang diberikan Kyai guru itu bukan amalan dan doa menurut mereka. Melainkan sebagai bentuk olok-olok bagi bapaknya sebagai mantan seorang pencuri terkenal. TETAPI apa yang terjadi, dia ternyata mampu terbang dan melompati jurang tersebut, bagaikan kilat yang menyambar. "SUBHANALLAH"!
Saudaraku yang terkasih,ini sebuah kejadian yang penuh hikmah. Setelah hal itu terjadi, Kyai guru mengumpulkan kesepuluh muridnya, lalu beliau berkata,"SESUNGGUHNYA BUKAN AMALAN DAN DOAMU, YANG BISA MEMBUATMU, BISA BEGINI DAN BEGITU. Bisa melipat dunia, bisa melipat waktu, bisa terbang, dan lain sebagainya. Tetapi hal itu bisa kamu capai melalui keyakinanmu terhadap segala sesuatu". Dengan keyakinan diri manusia bisa menghadapi apa saja dan siapa saja, bisa melalui apa saja dan siapa saja, bisa meraih apa saja dan siapa saja.
Kejadian tersebut telah memberikan pelajaran sekaligus pengalaman yang berarti bagi kesepuluh murid Kyai guru. Beliau memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mereka , sebagus-bagusnya sebuah amalan dan seampuh-ampuhnya sebuah amalan, tidak akan pernah berarti apa-apa, tanpa dibarengi dengan keyakinan yang kuat. Beliau menambahkan, sebuah amalan yang dijalani akan bertambah baik jika keyakinan bertambah kuat dan bersemayam di dalam diri untuk menjalankan dan melaksanakan sesuatu.
Begitu juga yang terjadi pada sang murid, dia mampu melompati jurang atas dasar keyakinan dan ketaatannnya pada sang guru. karena bagi dia, sesuatu yang diterima dari sang guru, dirinya meyakini itu merupakan sesuatu yang terbaik bagi dirinya. Dan segala perintah guru harus dihormati dan ditaati, dijalankan dengan senang hati walau apapun yang terjadi entah itu hinaan atau cemohoan bahkan tantangan berat lainnya.
Dengan keyakinan yang kuat dan penuh rasa hormat, dia menjalani amalan itu, tanpa ada rasa ragu di dalam hatinya. Sehingga amalan itu membuahkan hasil seperti yang diharapkan. KEYAKINANNYA dan KETAATANNYA, menjadi sebuah kekuatan yang luar biasa.
"SUBHANALLAH'
Ditulis oleh:
Posting Komentar
Posting Komentar